Pemerintah Diminta Terus Genjot Revitalisasi Pasar Rakyat

Pemerintah Diminta Terus Genjot Revitalisasi Pasar Rakyat

Jakarta – Pemerintah diminta untuk terus menggenjot revitalisasi pasar rakyat guna meningkatkan kesejahteraan pedagang. Hal ini dilakukan melalui peningkatan omzet, memudahkan akses transaksi jual beli dengan nyaman, serta mendukung kelancaran logistik dan distribusi. Revitalisasi pasar tradisional itu mengacu pada ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015.

Politisi NasDem Eva Yuliana mengatakan, pihaknya mendukung penuh program ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara komprehensif. Dengan revitalisasi pasar rakyat, ada beberapa keuntungan yang didapat. Pertama, bisa memberikan pelayanan kepada konsumen yang lebih layak dan nyaman dalam berbelanja. Selain itu, penjual juga lebih nyaman dalam menjual dagangannya.

Dirinya menambahkan, revitaliasi juga mampu meningkatkan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, dirinya berjanji akan terus mendorong dan meningkatkan jumlah revitalisasi pasar di Indonesia, jika konstituen mendukungnya sebagai anggota Dewan. Setelah manajemen direvitalisasi maka yang diharapkan adalah memperpendek mata rantai antara produsen dan penjual.

“Jadi tidak hanya fisiknya, tetapi bagaimana mengajarkan pengetahuan pengelolaan pasar,” ujar Eva dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Sabtu, 23 Februari 2019.

Sehingga, kata dia, ketika mata rantai diperpendek, maka diharapkan ketika harga sembako lebih stabil dan terjangkau bagi masyarakat. “Pasar penting karena tidak hanya orang itu menjual dan membeli, tetapi di pasar itulah tempat orang bertemu di setiap harinya. Pasar bisa menjadi agen dari semua bidang, tidak hanya ekonomi saja tetapi budaya, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Direktur Utama Sogo Indonesia yang juga Penasihat Aprindo Handaka Santosa berpendapat, revitalisasi ribuan Pasar Rakyat tentu akan memberikan hasil yang positif dalam perdagangan di kalangan pedagang pasar. “Karena sarananya yang menjadi lebih nyaman bagi pengunjung dan juga penataan yang pencapaian nya lebih leluasa,” paparnya.

Menurutnya, penataan pasar rakyat sama sekali tidak menimbulkan pengaruh negatif kepada ritel modern, karena masing-masing mempunyai segmen market yang berbeda. Namun, kata dia, perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk hal-hal yang lebih mendasar lagi. Misalnya saja, perlu adanya jembatan dari PD Pasar (pengelola pasar) setempat untuk membantu pedagang memperoleh jalur pasokan.

“Ini akan menjadi murah dan mudah, sehingga dalam berdagang mereka tidak kuatir adanya fluktuasi harga jual,” ucapnya.

Ritel modern, kata Handaka, memiliki harga yang selalu stabil karena sudah ada pemasok yang dikontrak dengan harga yang mengikat dalam setahun.

“Sedangkan pedagang pasar lebih banyak berfungsi sebagai perantara, yang mengambil keuntungan dari selisih harga antara pemasok dan Konsumen. Masalah akan timbul ketika ada fluktuasi/gejolak kenaikan harga jual seperti beras, cabai, dan lainnya. Lalu pemerintah akan mengadakan Operasi Pasar, sehingga para pedagang jadi korban karena konsumen belanjanya Ke Operasi Pasar,bukan ke Pedagang Pasar,” tutur Handaka.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pun mengatakan selama empat tahun pemerintah telah merevitalisasi 5.000 pasar. Dengan rincian tahun 2015 1.023 unit, 2016 793 unit, 2017 851 unit, 2018 1545 unit dan 2019 1037 unit. “Untuk revitalisasi nonfisik yaitu revitalisasi manajemen mengelola penempatan pedagang, pembiayaan dan permodalan dan SOP pelayanan pasar,” tukasnya.

Enggar melanjutkan, untuk revitalisasi ekonomi meliputi meningkatkan pendapatan pedagang dengan mengakomodir kegiatan ekonomi formal dan informal. “Lalu revitalisasi sosial menciptakan lingkungan pasar yang menarik berdampak positif dan dapat meningkatkan dinamika serta kehidupan sosial masyarakat,” tuturnya. (*)

Related Posts

News Update

Top News