Poin Penting
- Pembiayaan kendaraan listrik diproyeksikan meningkat hingga akhir 2025, seiring berakhirnya insentif mobil listrik impor utuh (CBU) pada Desember 2025.
- Outstanding pembiayaan kendaraan listrik Agustus 2025 naik 5,19 persen mtm menjadi Rp19,45 triliun atau 3,65 persen dari total pembiayaan multifinance.
- Industri multifinance tetap tumbuh positif, dengan total piutang mencapai Rp505,59 triliun (+1,26 persen yoy), didominasi pembiayaan kendaraan bermotor 76,17 persen.
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pembiayaan kendaraan listrik akan menanjak hingga berakhirnya insentif untuk mobil listrik impor utuh (completely built-up/CBU) pada akhir 2025.
“Permintaan kendaraan listrik diperkirakan tetap meningkat menjelang berakhirnya insentif sehingga mendorong pembiayaan listrik hingga akhir tahun,” kata Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK dalam keterangannya, dikutip Selasa, 14 Oktober 2025.
Pemerintah sendiri sebelumnya menyatakan bahwa insetif mobil listrik impor utuh (completely built-up/CBU)tidak diperpanjang. Insentif ini berlaku hingga Desember 2025, mencakup pembebasan bea masuk dan keringanan PPnBM dan PPN.
Baca juga : OJK Catat Ada 4 Multifinance dan 9 Pindar Modal Cekak
Agusman menjelaskan, outstanding pembiayaan kendaraan listrik pada Agustus 2025 meningkat 5,19 persen month to month/mtm menjadi Rp19,45 triliun.
Porsi penyaluran pembiayaan kendaraan listrik ini setara dengan 3,65 persen dari total penyaluran pembiayaan industri multifinance.
Adapun penyaluran pembiayaan industri multifinance per Agustus 2025 multifinance didominasi oleh segmen kendaraan bermotor dengan porsi sebesar 76,17 persen dari total outstanding pembiayaan atau senilai Rp405,79 triliun.
Baca juga : Pembiayaan Multifinance ke Sektor Produktif Tembus Rp246,35 Triliun per Agustus 2025
“Industri multifinance diperkirakan akan tetap tumbuh positif hingga akhir tahun 2025, meskipun terdapat risiko akan bias ke bawah dari proyeksi awal, sehingga diperlukan peningkatan piutang pembiayaan yang lebih besar ke depan,” jelasnya.
Ia menambahkan, industri multifinance masih menunjukkan ketahanan yang baik di tengah dinamika perekonomian. Per Agustus 2025, piutang pembiayaan industri multifinance tumbuh 1,26 persen yoy mencapai Rp505,59 triliun.
“Industri multifinance terus didorong untuk memperkuat manajemen risiko, meningkatkan efisiensi operasional, serta mengakselerasi transformasi digital sehingga diharapkan dapat menjaga daya saing serta turut mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama









