Poin Penting
- The Fed memangkas suku bunga acuan 25 bps ke level 3,75-4,00 persen, menandai berakhirnya fase pengetatan moneter global.
- Likuiditas global diperkirakan membaik seiring penghentian balance sheet runoff mulai 1 Desember 2025, membuka peluang arus dana masuk ke pasar berkembang termasuk Indonesia.
- IHSG berpotensi menembus resistance 8.320, ditopang arus modal asing dan sentimen positif jelang akhir tahun.
Jakarta – Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75–4,00 persen pada pertemuan Oktober 2025.
Keputusan yang disetujui dengan suara 10 banding dua ini mencerminkan perbedaan pandangan di antara anggota FOMC, di mana sebagian masih menilai tekanan inflasi perlu diwaspadai, sementara lainnya melihat perlunya dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Helmy Kristanto, menilai langkah The Fed tersebut menjadi sinyal penting bahwa fase pengetatan moneter global mulai berakhir.
“Pemangkasan suku bunga The Fed menunjukkan arah kebijakan yang lebih seimbang. Likuiditas global berpotensi membaik, memberi ruang bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk menjaga stabilitas tanpa tekanan suku bunga tinggi,” ujar Helmy dalam risetnya dikutip Rabu, 5 November 2025.
Baca juga: Bos BI Perkirakan The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga 2 Kali Lagi hingga Kuartal I 2026
Lebih lanjut, BRIDS memandang kebijakan The Fed yang menghentikan pengurangan neraca atau balance sheet runoff per 1 Desember 2025 akan memperkuat sinyal pelonggaran likuiditas global..
Kondisi tersebut diperkirakan dapat mempercepat arus masuk modal ke pasar berkembang, termasuk Indonesia, yang memiliki imbal hasil aset menarik dan prospek pertumbuhan ekonomi yang solid.
Menurut Helmy, sentimen pasar mulai berbalik positif seiring turunnya suku bunga global. Dengan inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan ruang kebijakan yang masih luas, Indonesia dinilai memiliki daya tahan kuat dibandingkan negara lain di kawasan.
“Kondisi ini membuat pasar Indonesia berpotensi tetap menarik bagi investor, bahkan di tengah ketidakpastian global,” imbuhnya.
IHSG Berpotensi Menembus Resistance 8.320
Penurunan suku bunga global juga diikuti peningkatan minat investor asing terhadap pasar Indonesia. Arus dana asing terlihat mengalir ke saham dan obligasi dalam beberapa hari terakhir.
Sementara dari sisi teknikal, Customer Engagement and Market Analyst Department Head BRIDS, Chory Agung Ramdhani, menyebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada dalam tren kenaikan yang solid, dengan pergerakan harga di atas rata-rata jangka pendek dan menengah.
Indeks telah mencapai level 8.180, mendekati resistance di 8.320, sementara support krusial berada di area 7.989.
BRIDS menilai, pemangkasan suku bunga The Fed akan menjadi katalis fundamental yang kuat dan berpotensi mendorong IHSG menembus level resistance 8.320, selama area support tetap terjaga.
Baca juga: IHSG Berpotensi Lanjut Menguat, Cek Rekomendasi Saham ACES, CPIN hingga MAPA
Selain itu, BRIDS juga melihat kondisi global yang lebih longgar akan menjadi dorongan tambahan bagi pasar keuangan Indonesia menjelang akhir tahun.
Dengan membaiknya likuiditas dunia dan masuknya kembali dana asing, pasar saham domestik berpeluang melanjutkan tren kenaikan.
Situasi tersebut juga berpotensi memperkuat sentimen window dressing, ketika investor meningkatkan aktivitas beli pada akhir tahun. (*)
Editor: Yulian Saputra









