Jakarta – Muncul wacana pemasangan Anies Baswedan dengan Airlangga Hartarto seusai pertemuan Nasdem-Golkar beberapa saat lalu. Selain itu, muncul pula spekulasi penyandingan Prabowo Subianto dengan Airlangga Hartarto seusai pertemuan dengan Golkar-PKB.
Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai, peluang kandidasi Airlangga Hartarto sama-sama kuat dalam wacana pemasangan Anies Baswedan – Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto – Airlangga Hartarto.
“Saya kira tergantung kesepakatan koalisi. Jika koalisinya tercipta misalnya pada akhirnya kalau NasDem dan Golkar, lalu terbentuk koalisi, saya kira Anies Baswedan dan Airlangga Hartarto menjadi capres-cawapres alternatif, bisa menjadi preferensi di koalisi tersebut,” ujar Herry dikutip 14 Februari 2023.
Sebaliknya, ketika koalisi yang terbentuk justru mempertemukan Gerindra dan Golkar, baik sosok Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto bisa menjadi pilihan.
“Beda halnya kalau yang tercipta di mana Gerindra kemudian Golkar dan beberapa parpol lain bergabung dalam koalisi. Pasti pilihannya jatuh pada Pak Prabowo ataupun Pak Airlangga,” tambahnya.
Menurut Herry, kedua skema tersebut sama-sama berpeluang terwujud, mengingat Gerindra dan NasDem mempunyai kemiripan dengan Golkar. Prabowo Subianto pernah di Golkar, begitu juga Surya Paloh.
“Kalau kedekatan, sama-sama dekat. Baik Gerindra maupun NasDem itu DNA-nya, kadernya, pasti hampir mirip dengan Golkar,” tandasnya.
Herry mengatakan, yang menjadi faktor penentu adalah kesepakatan antar parpol, kerja mesin politik, kader, dan relawan. “Karena mereka harus menghitung juga siapa yang berpeluang. Karena per hari ini sama-sama berpeluang, baik Prabowo maupun Anies selalu bertengger di tiga besar hasil survei nasional,” pungkasnya.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komaruddin menyatakan, meski telah bergabung dengan KIB, posisi partai Golkar masih terbuka dan dapat diterima bagi beberapa pihak. “Partai Golkar bisa diterima oleh semua partai politik baik partai-partai koalisi pemerintahan Jokowi maupun partai-partai oposisi,” jelas Ujang.
Kemudian dengan tawaran dari berbagai koalisi, apakah soliditas KIB terganggu, ia mengatakan, selama masih bisa dibicarakan seharusnya tidak menjadi masalah.
“Yaitu yang harus dilakukan komunikasi diantara sesama partai KIB; Golkar, PAN dan PPP, dan saya melihatnya katanya sudah dikomunikasikan, sudah dimusyawarahkan, sudah saling tahu, terkait dengan kedatangan-kedatangan partai politik lain ke Golkar,” tambahnya.
Selama komunikasi antar anggota KIB sudah terjalin, maka langkah-langkah politik menjadi terukur. Jika partai-partai anggota koalisi mengatakan sudah tahu, sudah paham maka silakan saja. Artinya berdampak positif bagi Golkar dan KIB sendiri. (*)