Jakarta – Peluang pengusaha Indonesia khususnya UMKM untuk melakukan penetrasi pasar di Australia sangat terbuka lebar sejak berlakunya Indonesia Australia- Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) pada tanggal 5 Juli 2020.
Demikian disampaikan Duta Besa RI LBBP untuk Australia Y. Kristiarto S. Legowo pada webinar bertajuk “Meraih Peluang Pasar Australia bagi UKM Sumsel dan Babel”. Menurutnya, kondisi hubungan ekonomi Indonesia-Australia yang baik dapat terus ditingkatkan dengan memanfaatkan implementasi IA-CEPA dan berbagai skema fasilitasi dagang lainnya termasuk kegiatan promosi dagang, kerja sama dagang dan misi dagang.
“KBRI Canberra senantiasa bekerja sama erat dengan semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Australia melalui berbagai jalan antara lain mendorong kerja sama dagang, business matching, pelatihan ekspor, dukungan pameran, pendampingan/advokasi, promosi dagang dan termasuk koordinasi dengan berbagai Pemerintah Daerah via daring,” kata Kristiarto melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat 4 Juni 2021.
Dalam webinar ini Agung Wicaksono, Atase Perdagangan KBRI Canberra juga memaparkan secara lebih rinci peluang bagi UKM di pasar Australia dan menyebarluaskan informasi mengenai program Kementerian Perdagangan dalam memfasilitasi dunia usaha UKM terkait sertifikasi keamanan pangan, labelling, dan hak kekayaan intelektual. Sementara itu, Ayu Siti Maryam selaku ITPC yang berkedudukan di Sydney menyampaikan paparan berupa pelatihan singkat bagi UKM tentang kiat dan strategi praktis bagaimana berbisnis dengan Australia.
Sebagai informasi saja, pada tahun 2020 realisasi Ekspor Perdaganan Non Migas dari Sumsel Babel meningkat hampir 429 % atau senilai US$3.1 juta. Sedangkan yang menjadi ekspor utama dari Sumsel Babel adalah karet serta turunannya, ikan & udang, timah dan pupuk.
Secara nasional, nilai ekspor non-migas RI ke Australia tercatat sebesar US$2,41 miliar pada 2020 meningkat sebesar 14,52 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Australia berkurang sekitar 36 persen pada tahun 2020.
Hingga saat ini, peningkatan kinerja ekspor Indonesia ke Australia masih berlangsung (per data statistik akhir Maret 2021). Pada kuartal I/2021, ekspor non-migas Indonesia ke Australia tercatat sebesar US$664 juta atau mengalami peningkatan sebesar 31,27 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, Dirut Bank Sumsel Babel (BSB), Achmad Syamsudin juga mengatakan, BSB setiap bulannya mengadakan klinik UMKM untuk mengangkat UMKM untuk lebih kompetitif dipasar nasional dan internasional.
“Selain itu, BSB memiliki fasilitas dan produk yang mendukung pengusaha jika ingin melakukan penetrasi pasar ke luar negeri,” tutur Antonius Argo Prabowo direktur BSB.
Yulian Hadromi, Asisten Staf Khusus Waprespun memberikan usulan agar disetiap propinsi di Indonesia membentuk House of Indonesia sebagaimana dilakukan oleh pengusaha diaspora di Australia.
“Wadah ini dapat dikelola oleh swasta bekerjasama dengan pemda setempat dan kantor perwakilan RI diseluruh dunia akan menjadi pusat informasi dan membantu pengusaha Indonesia yang ingin melakukan ekspor,” kata Yulian.
Dikesempatan yang sama, Pengusaha Diaspora Indonesia, Suliyanti Sunaryo dari Ozimex International PTY Ltd dan Joelioes Saifoel Rahma , CEO Berdi Australia, turut berbagi informasi peluang dan tantangan serta pengalamannya didalam mengimport produk-produk dari Indonesia
Webinar yang diselenggarakan oleh Bank Sumsel Babel kerjasama dengan KBRI di Australia, Pemda Sumatera Selatan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan kerja Staf Khusus Wakil Presiden RI, Sukriansyah S. Latief dan Asisten Staf Khusus , Yulian Hadromi ke Sumatera Selatan beberapa waktu lalu. (*)
Editor: Rezkiana Np