Kondisi fundamental Indonesia saat ini diyakini bank sentral sudah lebih kuat ketimbang krisis 1998. Ria Martati
Jakarta–Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menegaskan kondisi nilai tukar saat ini berbeda dengan saat krisis moneter 1998.
Mirza mengatakan, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibanding 1998. Hari ini nilai tukar Rupiah di kurs tengah BI tercatat Rp13.368/USD melemah dibanding 15 Juli 2015 lalu yang tercatat Rp13.329/USD.
“1998 itu kan ada krisis politik, fundamental Ekonomi kita kan juga berapa, data utang luar negeri enggak punya, perbankannya dikelola oleh pengusaha yang enggak prudent. Sekarang kan beda,” kata dia usai acara Halal Bi Halal di Kompleks Gedung Bank Indonesia, Rabu 22 Juli 2015.
Saat ini, Current Account Defisit secara bertahap sudah berhasil diturunkan dan secara setahunan ini diperkiaran di bawah 2,5%. Selain itu, saat ini BI telah memiliki data utang luar negeri yang akurat dan sudah diatur untuk bisa memberikan lindung nilai (hedging).
“Rata rata menunjukkan implementasi dari aturan hedging itu sudah cukup baik, nanti di kuartal IV kita akan punya data utang luar negeri swasta yang sudah di-hedge,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan nilai tukar Rupiah saat ini sudah undervalue.
“Dilihat effective real exchange rate ada slightly di bawah 100. Slightly undervalue, itu mencerminkan iklim usaha yang memungkinkan daya saing,” kata dia.
Oleh karena itu menurutnya Pemerintah harus segera memperbaiki iklim investasi, dan merealisasikan pembangunan infrastruktur.
“Kalau kita bisa melanjutkan reformasi struktural kita pemerintah pusat daerah, fiskal dan BI bentuknya partisipasi pendalaman pasar keuangan bisa didukung terus di semester II 2015 bisa beri kontribusi baik. Sehingga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%,” tandas Agus. (*)
@ria_martati