“Lalu kebijakan fiskal yang longggar dengan memangkas pajak tentunya akan mendorong risiko pelebaran defisit anggaran yang berujung pada kenaikan utang luar negeri pemerintah AS,” ucap Josua.
Sementara terkait dengan rencana Trump untuk memangkas tax ratio cenderung akan mendorong kenaikan inflasi lebih cepat dari perkiraan. Yield US Treasury sudah naik hampir 30 basis poin sejak jelang pengumuman hasil Pilpres lantaran adanya ekspektasi kenaikan inflasi yang lebih cepat dengan kebijakan fiskal yang longgar.
(Baca juga: Membedah Makna Kemenangan Trump)
“Sehingga ini mendorong sell-off di pasar obligasi. Sekarang Yield US Treasury di posisi 2,15%. Dan kemarin yield obligasi ASEAN juga cenderung naik karena kenaikan yield US Treasury,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More