Jakarta – United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) atau Badan PBB Bidang Pengembangan Industri mendorong terciptanya kolaborasi Indonesia dan Tiongkok dalam pengembangan industri semen berkelanjutan.
Industrial Development Officer UNIDO, Yunrui Zhou, mengatakan, keberlangsungan dalam industri semen sangat penting. Untuk itu, UNIDO menfasilitasi kegiatan berbagi pengalaman antara industri semen Tiongkok dan Indonesia tersebut.
“UNIDO mendukung terbentuknya industri semen Indonesia yang hemat energi dan ramah lingkungan,” ujar Yunrui Zhou dalam pembukaan Exchange Programme on Waste Heat Recovery di Jakarta, Senin.
Baca juga: Telan Investasi Rp160 T, Jokowi Resmikan Pabrik Baterai Kendaraan Listrik di Karawang
Kerjasama tersebut, kata dia, dilakukan melalui kerja sama Selatan-Selatan dalam industri hemat energi dan dan ramah lingkungan (SAP 150240) kerja sama Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Tiongkok, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
Yunrui menjelaskan, Tiongkok memiliki industri semen yang unggul dan sudah hemat akan bahan dan energi. Selama ini, sektor semen sangat boros bahan dan energi.
Padahal jika panas buangan dapat diakumulasikan dan digunakan kembali dalam produksi berikutnya, biaya penanganan limbah dan biaya energi untuk produksi semen akan berkurang.
Proses pemulihan limbah panas terdiri dari dua proses yakni pra-pemrosesan dan ko-pemrosesan. Pra-pemrosesan mengacu pada penyiapan limbah agar sesuai untuk ko-pemrosesan dalam tanur semen. Ko-pemrosesan mengacu pada penggunaan AFR dalam produksi semen
“Kondisi ini memungkinkan dapat digunakan untuk mengganti bahan bakar primer yang digunakan di antaranya batu bara, gas, dan petroleum coke,” kata Yunrui.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, menyambut baik kolaborasi kedua negara tersebut. Menurut Andi, perlu adanya kolaborasi antarnegara agar dapat menurunkan emisi pada sembilan sektor yang ada.
“Kita bisa bertukar pikiran dengan industri di Tiongkok. Apalagi industri semen di Tiongkok cukup maju yakni peringkat keenam. Kita bisa berkolaborasi dalam menurunkan limbah,” kata Andi.
Sementara itu, Deputi Direktur Jenderal Departemen Konversi Energi dan Pemanfaatan Sumber Daya Kementerian Industri dan Informasi Tiongkok, Ding Zhijun, mengatakan, Tiongkok belum banyak melakukan pertukaran energi pada bidang energi terbarukan. Apalagi Tiongkok saat ini memiliki perhatian yang tinggi pengurangan emisi karbon.
“Saat ini tingkat polusi udara di Tiongkok sudah baik. Emisi turun hingga 30 persen,” kata Ding Zhijun.
Baca juga: Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Kemenko Perekonomian Teken Kerja Sama dengan ERIA
Oleh karenanya pihaknya menyambut baik program pertukaran yang dilakukan industri semen Indonesia dan Tiongkok melalui fasilitasi dari UNIDO tersebut.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Lilik Unggul Raharjo, menyambut positif program pertukaran pengetahuan dan pengalaman tersebut karena sesuai dengan visi misi asosiasi terkait dekarbonisasi.
Ada sejumlah inisiatif yang dilakukan untuk dekarbonisasi yang dilakukan ASI, yakni meningkatkan efisiensi pemakaian energi, memproduksi semen ramah lingkungan, mengubah penggunaan bahan bakar fosil ke energi alternatif. (DW)