Meski di akhir pekan harga obligasi cenderung menguat, namun secara mingguan harga obligasi Pemerintah masih melemah. Dwitya Putra
Jakarta–Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengungkapkan pasar obligasi di akhir pekan kemarin sudah terlihat mulai bergerak positif.
Pelaku pasar memanfaatkan berita tetapnya BI rate dan Fed Fund Rate untuk kembali masuk ke pasar obligasi. Seri-seri obligasi, khususnya SUN yang sebelumnya banyak terkena aksi jual kembali diburu.
“Aksi beli ini pun sebenarnya sudah mulai terjadi sebelum pengumuman The Fed dan BI yang terlihat pada penurunan yield yang cukup jauh dari sebelumnya. Para pelaku pasar sebelumnya berspekulasi, kedua bank sentral tersebut tidak akan melakukan perubahan pada suku bunganya dan pada saat kedua sentimen tersebut terkonfirmasi terjadi maka pelaku pasar pun kembali melakukan aksi belinya,” kata Reza di Jakarta, Senin, 21 September 2015.
Reza menuturkan, pada obligasi pemerintah, laju yield mulai menunjukkan penurunan yang dimulai dari tenor menengah dimana sebelumnya banyak terkena aksi jual.
Penurunan yield untuk masing-masing tenor rata-rata ialah untuk pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan yield -5,9975 bps, tenor menengah (5-7 tahun) naik sebesar -13,86 bps, dan panjang (8-30 tahun) turun -7,57 bps.
Pada FR0070 yang memiliki waktu jatuh tempo ±9 tahun dengan harga 96,15% dan yield 9,03% tercatat turun 22,65 bps dari sehari sebelumnya di harga 94,87% dengan yield 9,26%.
Untuk FR0071 yang memiliki waktu jatuh tempo ±14 tahun dengan harga 97,35% dan yield 9,35%, tercatat turun 4,75 bps dari sehari sebelumnya di harga 97,00% dengan yield 9,397%.
Sementara pada laju obligasi korporasi, memperlihatkan perubahan yield yang sempat turun tipis seiring mulai adanya berapa harga obligasi yang mulai menguat.
Untuk yield pada rating BBB dengan tenor 9-10 tahun turun tipis di kisaran 15,48%-15,50% dan pada rating AA naik di kisaran 11,60%-11,65%.
Kendati demikian, lanjut Reza, meski di akhir pekan menguat namun, secara mingguan harga obligasi Pemerintah cenderung masih melemah. Secara mayoritas walaupun ada beberapa yang menguat yang terefleksi dari naiknya yield untuk semua tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek (1-4 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-rata yield 18,10 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 15,44 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) mengalami kenaikan yield tipis 9,67 bps.
Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah telah dilakukan oleh Pemerintah pada hari Selasa, 15 September 2015. Jumlah target indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.
Adapun seri-seri yang akan dilelang sebagai berikut:
Seri SPN12160610 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 10 Juni 2016.
Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021.
Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.
Seri FR0067 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2044.
Di pekan kemarin, nilai permintaan yang diminta pelaku pasar lebih rendah dari lelang SUN sebelumnya. Meski sentimen di pekan kemarin masih terdapat sentimen negatif namun, permintaan akan lelang SUN masih dapat melampaui target indikatifnya meski tipis. (*)