Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa di dalam pipeline masih terdapat 101 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai penawaran umum mencapai Rp72,85 triliun, serta rencana initial public offering (IPO) oleh emiten baru sebanyak 66 perusahaan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan bahwa, pasar modal di Indonesia hingga 31 Juli 2023 masih mengalami penguatan sebesar 4,05% secara mtd ke level 6.931,36.
Baca juga: OJK: Kondisi Perbankan RI Tetap Resilien, Bagaimana Nasib IKNB dan Pasar Modal?
“Dimana Juni 2023 menguat 0,43% mtd ke level 6661,88, dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd, dimana Juni 2023 terjadi outflow sebesar Rp4,38 triliun mtd,” ucap Inarno dalam RDKB OJK di Jakarta, 3 Agustus 2023.
Inarno menambahkan, bahwa penguatan IHSG tersebut ditopang oleh saham sektor energi dan sektor basic materials atau bahan baku. Sehingga, secara ytd IHSG tercatat menguat 1,18% dengan non resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun dari Juni 2023 net buy sebesar Rp16,21 triliun ytd.
Kemudian di sisi likuiditas transaksi, rata-rata transaksi pasar saham termoderasi di Juli 2023 menjadi Rp9,66 triliun mtd dan Rp10,24 triliun ytd, sedangkan pada Juni 2023 tercatat sebesar Rp9,64 triliun mtd dan secara umum berada di bawah level rata-rata transaksi harian di tahun 2022 sebesar Rp14,71 triliun.
Baca juga: OJK Sanksi 24 Pelaku Pasar Modal, Dendanya Capai Rp11,03 Miliar
Adapun, penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Juli 2023 tercatat sebesar Rp162,09 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 57 emiten, dimana nilai emisi emiten IPO tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian sepanjang tahun 2022 dan menjadi terbesar di Asia Tenggara. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra