Pangsa Motor Listrik Masih Kecil Dibanding Mobil, Ini Sebabnya

Pangsa Motor Listrik Masih Kecil Dibanding Mobil, Ini Sebabnya

Poin Penting

  • Pangsa pasar motor listrik sangat kecil, baru sekitar 1% dari total penjualan motor di Indonesia.
  • Baterai motor listrik sebagian besar tidak bisa dilepas, harus diisi di rumah dengan kapasitas listrik terbatas.
  • Motor listrik hanya bisa menempuh kurang lebih 50 km per pengisian, membuat penggunaannya kurang efisien dibanding motor ICE.

Jakarta – Meskipun adopsi kendaraan listrik (EV) menunjukkan pertumbuhan, pangsa motor listrik di Indonesia masih sangat kecil dibanding mobil listrik. Berdasarkan riset Indonesia Communications (ID Comm), motor listrik hanya menyumbang sekitar 1 persen dari total penjualan motor tahunan yang lebih dari 2 juta unit

Pada 2023, penjualan mobil ICE sebesar 923.649 unit. Menurun ke 762.495 unit di 2024, dan menjadi 406.472 unit per Agustus 2025.

Sementara penjualan mobil listrik, yakni jenis plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) meningkat dari 0 unit di 2023, 136 unit di 2024, dan 2.774 unit per Agustus 2025.

Lalu, penjualan hybrid electric vehicle (HEV) naik dari 15.318 unit di 2023, 43.188 unit di 2024, dan menjadi 51.191 unit pada Agustus 2025. Hanya penjualan jenis battery electric vehicle (BEV) yang cenderung mengalami penurunan, yakni 66.835 unit di 2023, ke 59.904 di 2024, dan menjadi 40.514 di Agustus 2025.

Total penjualan mobil listrik itu pun berkontribusi sekitar 17-18 persen dari total pangsa penjualan mobil di Indonesia. Berbanding terbalik dengan mobil, penjualan motor listrik justru masih menunjukkan pangsa pasar yang sangat minim.

Baca juga: Insiden Mobil MBG Tabrak Siswa-Guru di SDN Jakut, Begini Respons BGN

Beberapa data menunjukkan, penjualan motor listrik di Indonesia yang sebanyak belasan sampai puluhan ribu unit setiap tahunnya, masih berkontribusi sekitar 1 persen dari total penjualan motor di Indonesia yang mencapai 2 juta lebih per tahunnya.

Research Associate ID Comm, Claudius Surya, menyebut salah satu penghambat utama pertumbuhan motor listrik adalah masalah charging baterai. Sebagian besar motor listrik tidak menggunakan baterai yang bisa dilepas, sehingga pemilik harus mengisi daya di rumah.

“Satu colokan itu makan listrik sekitar 300 sampai 500 volt. Sedangkan 60 sampai 70 persen rumah tangga di Indonesia, itu (kapasitas) listriknya 700 sampai 900 volt. Begitu charging motor listrik, tidak bisa menyalakan apa-apa,” ujar Claudius saat ditemui di Jakarta, Kamis, 11 Desember 2025.

Baca juga: Berburu Motor Listrik di Jakarta Fair 2025, Ada Diskon Rp16 Juta

Selain itu, jarak tempuh motor listrik terbatas, sehingga penggunaan kurang efisien dibanding motor ICE. Claudius menjelaskan, motor ICE bisa menempuh hingga 200 km per isi bensin, sedangkan motor listrik saat ini hanya sekitar 50 km per pengisian.

“Karena mereka yang beli motor ICE, ujungnya dia isi bensin. Lalu, motornya bisa dipakai jauh, satu kali isi bensin bisa dipakai 200 kilo. Motor listrik sekarang yang harga belasan, puluhan juta itu cuma dipakai 50 kilo. Habis itu, harus charging,” bebernya.

Maka dari itu, shifting dari motor berbasis ICE ke listrik pun kurang bisa terjadi secara optimal jika dibandingkan dengan mobil listrik.

Shifting itu tidak terjadi, sayangnya. Malah lebih kejadian di mobil,” pungkas Claudius. (*) Steven Widjaja

Related Posts

News Update

Netizen +62