Jakarta – Pandemi Covid-19 tidak mengurangi minat investor untuk bertransaksi di bursa berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Future Exchange (JFX). Volume transaksi di BBJ justru naik signifikan.
Per 16 November 2020, volume transaksi di JFX mencapai 8,25 juta lot, atau tumbuh 22,46% year on year (yoy) dari 6,74 juta lot di periode sama tahun sebelumnya. Rinciannya, volume transaksi multilateral 1,45 juta lot, dan transaksi bilateral 6,80 juta lot. Volume transaksi tersebut membuat JFX sudah menembus target 8,25 juta lot yang dicanangkan hingga akhir tahun 2020.
Stephanus Paulus Lumintang, Direktur Utama Jakarta Future Exchange mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan volume transaksi di bursa berjangka. Pertama, pandemi Covid-19. Faktor non teknis ini diyakini meningkatkan transaksi karena disokong juga oleh kesiapan teknologi, dimana transaksi dapat dilakukan secara online, tanpa tatap muka.
Kedua, lanjut dia, adanya pergerakan atau volatilitas harga komoditas di pasar. Misalnya harga emas yang fluktuatif membuat komoditas ini ramai ditransaksikan. Ketiga, pemilihan presiden Amerika Serikat juga memberi dampak.
“Dengan kondisi sekarang, kemungkinan gabungan transaksi multiliteral dan bilateral akan menyentuh angka 9 juta lot hingga akhir tahun 2020,” kata Paulus di Jakarta, Rabu, 18 November 2020.
Tahun depan, JFX menargetkan volume transaksi paling tidak 10 juta lot. Untuk mewujudkan target tersebut, JFX antara lain akan memperluas kerjasama dengan bursa dan pelaku pasar di luar negeri. Sinergi dengan stakeholder baik regulator, asosiasi, anggota bursa, dan pelaku usaha akan terus ditingkatkan.
Di kesempatan sama, Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menambahkan, pencapaian volume transaksi di JFX membuktikan bursa berjangka komoditi punya daya tahan terhadap kontraksi ekonomi. (*) Ari Astriawan