Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9:00 WIB (1/11) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona merah ke level 6.745 atau melemah 0,11 persen.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan hari ini, sebanyak 455 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 31 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp398 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 129 saham terkoreksi, sebanyak 184 saham menguat dan sebanyak 212 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: Jelang Rilis Data Inflasi, IHSG Diprediksi Menguat Terbatas
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat bahwa IHSG secara teknikal hari ini diprediksi bergerak mixed menguat terbatas dalam rentang 6.770 hingga 6.840, di mana pada perdagangan kemarin (30/10) IHSG ditutup menguat 0,24 persen.
“IHSG rebound seiring dengan penguatan saham Big Caps dan turunnya imbal hasil obligasi AS (US Treasury Yield) tenor 10 tahun, setelah pada awal pekan ini menyentuh level 5 persen tertinggi sejak 2007,” ucap Ratih dalam market review di Jakarta, 1 November 2023.
Lebih lanjut, Ratih menjelaskan sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, Bank Indonesia (BI) yang telah melaporkan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) periode September 2023 tumbuh 6 persen yoy menjadi Rp8.440 triliun, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 5,9 persen yoy.
“Akselerasi M2 didorong oleh penyaluran kredit, di mana pada September 2023 tumbuh 8,7 persen yoy dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,9 persen yoy,” imbuhnya.
Di mana, berdasarkan jenis penggunaan Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK), secara tahunan masing-masing tumbuh sebesar 8,3 persen, 9,8 persen, dan 8,4 persen, dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) terpantau tumbuh 6,4 persen yoy menjadi Rp7.900,7 triliun.
Sedangkan dari mancanegara, rilis awal, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kawasan Eropa pada Oktober 2023 terkoreksi lebih dalam di level minus 17,9 dari bulan sebelumnya sebesar minus 17,8 dan menjadi perolehan terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Baca juga: 104 Pelaku Pasar Modal Kena Sanksi OJK, Intip Daftarnya
Pelaku pasar mengkhawatirkan konflik geopolitik di wilayah Timur Tengah yang berpotensi meningkatkan inflasi, seiring dengan kembali menguatnya harga energi.
Adapun, dari Asia, data awal indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank pada Oktober 2023 tetap dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 48,5, perolehan tersebut mencerminkan turunnya pesanan baru yang membuat terkoreksinya output produksi. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra