Jakarta – Harga minyak sawit (CPO) berpeluang untuk bergerak turun pada hari ini, setelah kemarin berakhir menguat karena pelemahan ringgit dan aksi short covering, dengan fokus investor yang tertuju pada outlook pelambatan ekspor dan kenaikan cadangan.
Research Staff & Market Analyst Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan, berdasarkan survei dua perusahaan kargo surveyor menunjukkan bahwa jumlah pengiriman minyak sawit dari Malaysia di bulan Januari diperkirakan akan turun 8% dari bulan sebelumnya menjadi 1.31 juta ton, karena permintaan dari pembeli utama seperti China melambat meskipun mau menyambut Tahun Baru Imlek.
“Perayaan terbesar China biasanya mendukung permintaan minyak sawit karena digunakan untuk keperluan memasak selama perayaan, namun dengan cadangan yang besar pada minyak kedelai dan minyak zaitun telah membatasi permintaan impor China di tahun ini,” kata Faisyal di Jakarta, Selasa, 6 Febuari 2018.
Baca juga: Marak Sentimen Positif, CPO Berpotensi Menguat
Sementara itu untuk jumlah cadangan akhir minyak sawit diperkirakan akan naik 0,6% menjadi 2.75 juta ton, berdasarkan survei oleh Reuters. Itu akan membuat cadangan akhir bulan Januari di level tertingi sejak November 2015.
Cadangan yang tinggi dapat mendorong penurunan harga minyak sawit, yang sebagian besar diproduksi oleh Malaysia dan Indonesia, dan digunakan untuk berbagai macam produksi seperti sabun dan minyak sayur.
Dalam jajak pendapat mengatakan bahwa pelemahan ekspor kemungkinan akan berkontribusi terhadap kenaikan cadangan, namun cadangan dapat turun dalam beberapa bulan mendatang karena output yang terus turun secara musiman.
“Potensi pergerakan harga hari ini terlihat di antara 2450 – 2560 ringgit per ton. Untuk sisi bawahnya, sebelum menguji ke area 2450 harga harus menembus bawah level 2480 terlebih dahulu. Sementara itu untuk sisi atasnya sebelum menargetkan ke area 2560 harga harus melewati area 2520 terlebih dahulu,” jelasnya. (*)