Jakarta – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) tengah melakukan transformasi besar-besaran di bawah kepemimpinan Busrul Iman sebagai direktur utama. Bank Jatim membidik target besar, yakni menjadi BPD nomor satu di Indonesia. Target yang ambius, tapi bukan tidak mungkin diwujudkan.
Sulit tapi bisa! Itu filosofi yang dipegang Busrul, dan selalu ia tekankan kepada seluruh Jatimers (sebutan karyawan Bank Jatim). Dengan segala potensi besar dan dukungan serta komitmen kuat dari pemegang saham, Busrul dan jajaran manajemen Bank Jatim mempunyai optimisme tinggi untuk merealisasikan visi tersebut.
“Kami memiliki visi menjadi BPD nomor satu di Indonesia. Itu menjadi penyemangat kami. Kami punya arah bagaimana menjadi besar. Tapi besar yang bagus, dan sehat. Di situasi sekarang, kami harus bisa tumbuh sehat dan menguntungkan. Dengan size menjadi nomor satu di Indonesia, maka kami menjadi tahu apa saja yang kurang. Itu kami tuangkan dalam bentuk visi dan misi,” papar Busrul ketika ditemui Infobank di Surabaya, medio September lalu.
Baca juga: Semester I-2023 Kredit Bank Jatim Tumbuh 13,02%, Sektor Ini Paling Produktif
Bagi Busrul, visi bisa jadi tidak terukur, tapi sesuatu yang abstrak dan dalam jangka panjang. Misalnya, setelah menjadi nomor satu, apa target selanjutnya? Dari sisi size diperbesar, tapi juga menjadi lebih sehat. Semuanya dibuat lebih optimal lagi, karena target atau sasaran tembak berikutnya tentu lebih besar lagi. Ia juga menyakini, di era sekarang, persaingan tidak melulu soal size, tapi juga dari sisi siapa yang lebih cepat untuk beradaptasi dan berinovasi.
Dari sisi size, posisi BPD terbesar di Tanah Air saat ini dipegang oleh Bank Jabar Banten (Bank BJB). Per Juni 2023, total aset Bank BJB mencapai Rp177,89 trilun. Sedangkan Bank Jatim sendiri ada di posisi kedua, dengan total aset mencapai Rp103,02 triliun.
Untuk mewujudkan ambisi menjadi nomor satu, kolektor barang antik ini melakukan transformasi di Bank Jatim. Ada lima pilar transformasi di Bank Jatim. Pertama, struktur organisasi. Dua, human capital atau sumber daya manusia (SDM). Tiga, information technology (IT). Empat, rules making rules. Lima, aksi korporasi.
“Alhamdulillah, progress tranformasi itu sudah jalan kelimanya. Secara overall sudah 79%. Transformasi kami lakukan tahun lalu, hasilnya sudah mulai terlihat tahun ini. Walaupun masih harus kami dorong lagi,” terang pria yang memiliki pengalaman 32 tahun sebagai bankir di Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini.
Diakui penghobi musik cadas ini, transformasi tidaklah mudah. Apalagi harus berpacu dengan waktu. Maka itu, mendatangkan profesional dari bank lain untuk membantu mengakselerasi progres transformasi adalah lumrah. Tentu harus ada transfer knowledge, skill, dan attitude. Di Bank Jatim sendiri, saat ini ada beberapa bankir berpengalaman, termasuk dari BRI yang mengisi sejumlah posisi strategis. Baik di jajaran direksi maupun komisaris.
“Ibarat menanam pohon dari bibit kecil, butuh waktu lama. Kadang perlu mencangkok agar bisa tumbuh dalam waktu lebih cepat. Tinggal bagaimana kita mengomunikasikan semua itu ke semua pemangku kepentingan, kemanfaatannya seperti apa. Manajemen juga harus menjadi role model buat Jatimers. Dengan begitu akan timbul trust satu sama lain,” ujarnya.
Busrul menyakini, Bank Jatim mempunyai kapasitas untuk menjadi BPD nomor satu. Apalagi potensi market di Jawa Timur luar biasa besar. Dari sisi PDRB, Jatim terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Maka ia tidak melihat alasan tidak bisa menjadi yang terbesar. Tentu saja banyak hal mesti dioptimalkan. Contohnya saja, di sisi core business di pemerintah, seperti kredit untuk ASN, baru sekitar 59% yang ter-capture oleh Bank Jatim. Jika potensi ini dikembangkan optimal, ruang untuk tumbuh sangat besar. Lalu untuk porsi sektor produktif juga masih ruang untuk tumbuh.
“Kami juga punya UUS, asetnya baru Rp3 triliun. Sementara Jawa Timur ini kan gudangnya pesantren. Jadi kalau bicara UUS, pondok pesantrennya ada di sini, santrinya ada, ada juga sosioenterpreneur di pondok-pondok itu. Lalu, di bidang rumah sakit, lembaga pendidikan berbasis keagamaan itu banyak,” timpalnya.
Sektor-sektor ekonomi unggulan Jawa Timur juga membawa peluang besar bagi Bank Jatim. Sebut saja sektor industri olahan, perdagangan besar dan eceran, pertanian, dan konstruksi. Empat sektor ini menjadi bidikan utama Bank Jatim di sektor produktif. Di empat sektor itu, Bank Jatim sudah tumbuh diatas rata-rata komposisi PDRB di Jawa Timur.
Baca juga: Transformasi Digital, Bank Jatim Ciptakan SDM Berdaya Saing Tinggi
Potensi besar itu harus digarap optimal oleh Bank Jatim. Maka itu penting untuk menyiapkan infrastruktur dan SDM yang bisa mengoptimalkan potensi, yang pada akhirnya akan mengakselerasi pertumbuhan Bank Jatim. Itu pula yang menjadi salah satu bagian penting dari transformasi besar-besara di Bank Jatim. Sekarang hasil transformasi mulai terlihat. Kinerja Bank Jatim terbilang dalam tren pertumbuhan solid.
Inisiatif dan langkah strategis apa saja yang disiapkan Bank Jatim untuk mewujudkan visi menjadi BPD nomor satu di Indonesia? Kepemimpinan seperti apa yang diterapkan Busrul Iman dalam menakhodai transformasi di Bank Jatim? Bagaimana cara Busrul mengajak Jatimers melangkah selaras dalam perubahan? Baca selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 546 Oktober 2023. (*) Ari Astriawan