Jakarta – Setelah merampungkan penerbitan saham baru (rights issue) pada April 2021, Bank Jago terus melakukan ekspansi. Dalam kurun tiga bulan terakhir, perseroan berhasil meningkatkan penyaluran kredit dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem.
Kolaborasi diwujudkan melalui kerjasama dengan sejumlah perusahaan peer to peer (P2P) lending, multifinance, digital ekosistem dan integrasi aplikasi dengan platform investasi Bibit serta super app Gojek.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menjelaskan pencapaian selama semester I 2021 ini menunjukkan perusahaan telah berada di jalur yang tepat dalam mewujudkan aspirasi besarJago sebagai bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem.
“Kolaborasi mendalam dengan ekosistem menjadi kesempatan bagi Jago untuk memperluas penetrasi pasar sekaligus
memberikan pengalaman baru bagi nasabah dalam mengakses layanan bank,” kata Kharim, Senin, 26 Juli 2021.
Integrasi aplikasi Jago dengan Bibit sendiri terwujud pada 5 Juli lalu, dan dilanjutkan dengan integrasi aplikasi Gojek pada 22 Juli. Integrasi aplikasi antara bank dengan ekosistem ini bukan hanya menjadi tonggak bersejarah Bank Jago, juga pencapaian penting industri perbankan digital di tanah air.
“Ini menjadi game changer yang akan membawa bank dan ekosistem digital ke level lebih tinggi. Berbagai bentuk kolaborasi dan integrasi akan memberikan manfaat kepada nasabah dan tentu pada akhirnya akan berdampak positif ke kinerja Bank Jago,” katanya.
Sementara itu, kolaborasi dengan fintech lending direalisasikan dalam bentuk kerjasama pembiayaan (partnership lending). Saat ini Bank Jago telah menjalin kemitraan dengan Akseleran, BFI Finance, Logisly, Adakami dan beberapa mitra lainnya.
“Kolaborasi ini tentu akan terus diperluas. Bersama para mitra, kami berupaya menciptakan akses keuangan ke
para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah serta masyarakat luas. Dengan meningkatkan pembiayaan, kami ingin berkontribusi dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi,” kata Kharim.
Hingga akhir Juni 2021, Bank Jago telah menyalurkan kredit Rp2,17 triliun, tumbuh 695% dari posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Jika dihitung secara kuartalan, kredit meningkat 68%. Dan jika ditarik dari posisi akhir Desember 2020 (year to date/ytd), kredit melesat 139%.
“Dari sisi nominal memang belum besar karena kami baru memulai ekspansi setelah rights issue II pada April 2021. Namun demikian, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati hatian,” katanya.
Prinsip hati hati dalam penyaluran kredit tercermin dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level 0%.
Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).
Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289% (yoy). Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46%, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423% menjadi Rp139 miliar. Hal ini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289% pada Semester I 2020 menjadi 129% pada Semester I 2021.
Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1% menjadi 5% pada kurun yang sama.
Sebagai bank teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal ini membuat
biaya operasional (operating expense) meningkat 135% menjadi Rp183 miliar.
Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I-2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp47 miliar. “Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan
awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang,” kata Kharim.
Kharim menjelaskan, jika dihitung secara kuartalan, kinerja Bank Jago sejatinya semakin membaik. Pada kuartal I 2021, Jago membukukan kerugian Rp38 miliar. Dengan kenaikan kredit dan penempatan dana lebih dari hasil rights issue di instrumen produktif lainnya, kerugian
dapat diperkecil menjadi Rp9 miliar pada kuartal II 2021.
“Data tersebut menunjukkan bahwa
kinerja bank ini terus membaik dan semakin solid,” kata Kharim.
Dari sisi aset, terdapat kenaikan yang signifikan sebesar 491% dari Rp1,7 triliun menjadi Rp10 triliun. Adapun ekuitas meningkat 538% dari Rp1,3 triliun menjadi Rp8,1 triliun.
Dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan 326% menjadi Rp1,73 triliun yang mencerminkan tingginya kepercayaan publik terhadap bisnis model Bank Jago. “Berbagai indikator keuangan menunjukkan Jago memiliki fundamental yang sangat kuat dan mampu menopang target untuk tumbuh secara berkelanjutan,” tutup Kharim. (*)