Jakarta — Pada penghujung tahun 2018 angka pertumbuhan kredit diprediksi masih akan sesuai target yang dicanangkan oleh regulator. Walau kredit sempat melambat pada bulan November lalu, namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis kredit masih dapat tumbuh dikisaran 12% hingga akhir tahun.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebut, perlambatan kredit perbankan pada bulan November lalu disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah beberapa waktu lalu yang sempat menyentuh Rp15.000 per dollar AS pada akhir Oktober hingga November.
“Kredit tumbuh cukup tinggi di tahun ini, angka Oktober 13,5% sekarang 12,05% pada November dan terakhir Desember bisa tinggi lagi. Kita lihat kemarin tingginya Oktober karena nilai tukar, jadi kredit denominasi falas itu cukup tinggi,” kata Wimboh di Kompleks Bank Indonesia (BI) Jakarta, Rabu 19 Desember 2018.
OJK sendiri mencatatkan kinerja fungsi intermediasi sektor jasa keuangan selama 2018 berjalan cukup baik.
Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan kredit per november 2018 yang tumbuh 12,05% year-on-year serta diiringi tingkat kesehatan yang cukup baik tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sebesar 23,32%. Sementara pada rasio Non-Performing Loan (NPL) gross dan net perbankan tercatat masing-masing 2,67% dan 1,14%.
Selain itu, untuk Industri Keuangan Non Bank, pembiayaan yang disalurkan perusahaan pembiayaan juga tercatat tumbuh sebesar 5,14% year-on-year dengan tingkat Non-Performing Financing (NPF) berada pada level 2,83%. (gross) dan 0,79% (nett).
Pembiayaan yang disalurkan melalui Fintech juga menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan nilai outstanding pembiayaan sebesar Rp3,9 triliun serta rasio NPF yang rendah yaitu 1,2%. (*)