Melihat hal itu tentu lanjutnya setiap bank punya cara sendiri sendiri dalam mengelola strategy anti-fraud. Namun memang, berkaca dari itu, potensi fraud tidak mungkin hilang sepenuhnya.
Menurut Sukarela, yang paling penting bank bisa membuat internal kontrol yang baik, agar ketika fraud muncul, efeknya tidak besar dan mengganggu bisnis perusahaan. “Jadi bank harus punya manajemen risiko, internal kontrol, dan IT yang baik,” tuturnya.
Baca juga: Tekan Risiko Fraud Perbankan, OJK Apresiasi e-KTP
Seperti diketahui, Industri perbankan belum lama ini dihebohkan dengan kasus pembobolan dana nasabah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).
Kasus pembobolan ini bermula ketika salah satu nasabah Bank BTN, San Finance menemukan keanehan dari jumlah dananya yang seharusnya berjumlah Rp250 miliar hanya menjadi Rp140 miliar. (Bersambung ke halaman berikutnya)