Perbankan

OJK Optimistis Target Pertumbuhan Kredit 9-11 Persen Bisa Tercapai

Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan optimis target pertumbuhan kredit sebesar 9 -11persen secara tahunan (yoy) bisa tercapai. 

“Pertumbuhan kredit 9 -11 persen masih realistis tercapai,” kata Kepala Eksekutif Pengawas OJK Dian Ediana Rae, usai konferensi pers Pertemuan Industri Jasa Keuangan (PIJK) 2025 di Jakarta, Selasa (11/2/2025).

Ia menyebut, Indonesia memiliki memiliki sistem perbankan yang solid sehingga mampu memitigasi pelbagai risiko yang muncul. Misalnya saja terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Di mana, Trump mengeluarkan sejumlah kebijakan ‘kontroversial’ seperti perdebatan mengenai kebijakan visa untuk skilled immigrant (imigran terampil) dan besaran tarif perdagangan.

Baca juga : Tantangan Tahun 2025 Tak Mudah, OJK Siapkan Jurus Ini

Adapun polemik lainnya, yakni wacana bahwa tarif perdagangan universal hanya akan diimplementasikan secara terarah dan spesifik untuk barang dan jasa tertentu. 

Menurut Dian, kebijakan tersebut turut berpengaruh terhadap dana investasi yang masuk dan keluar dari negara berkembang. 

“Hal ini yang harus kita hadapi,” jelasnya.

Dalam pembukaan PTIJK 2025, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyatakan bahwa industri jasa keuangan masih tumbuh positif didukung dengan fondasi permodalan yang kuat.

Baca juga : OJK Bakal Bentuk Dewan Emas Urus Kegiatan Bullion Bank

Hal itu terlihat dari penyaluran kredit perbankan yang tembus Rp7.827 triliun atau tumbuh double digit 10,39 persen. Lalu, untuk piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan juga tumbuh 6,92 persen menjadi Rp503,43 triliun.

“Di sisi lain, intermediasi non bank seperti outstanding pembiayaan pinjaman dalam jaringan atau pinjaman dari fintech peer-to-peer lending tercatat Rp77,02 triliun, tumbuh 29,14 persen,” ucap Mahendra,

Meski begitu, Mahendra menyebut, tantangan dan ketidakpastian yang akan dihadapi pada 2025 diperkirakan tidak akan lebih mudah. Terdapat sejumlah tantangan, seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan akan tumbuh terbatas.

“Di sisi lain, diferensi pemulihan ekonomi di antara negara-negara industri berpotensi mengakibatkan terjadinya perbedaan monetary path dari berbagai otoritas negara global yang akan mengaruhi capital flow dan nilai aset keuangan,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

4 hours ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

10 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

10 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

11 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

11 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago