Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimis pertumbuhan kredit akan mencapai target di kisaran 9 hingga 11 persen pada tahun ini di tengah perlambatan kredit per Juli 2025 yang hanya tumbuh 7,03 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae menjelaskan perlambatan pertumbuhan kredit tersebut bersifat siklikal dan merupakan pergerakan normal dalam siklus ekonomi dan bukan tanda pelemahan struktural jangka panjang.
Berdasarkan Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan III 2025, optimisme terhadap ekspektasi kinerja perbankan ditunjukkan dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 83.
“Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan kredit serta didukung dengan usaha bank dalam melakukan ekspansi kredit pada pipeline yang tersedia,” ujar Dian dalam jawaban tertulis, Rabu, 10 September 2025.
Hal ini juga tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang naik menjadi 51,5 di Agustus 2025 yang menandakan pemulihan aktivitas produksi.
Baca juga: Kredit Perbankan Melambat, Cuma Tumbuh 7,03 Persen di Juli 2025
“Dengan demikian, OJK melihat bahwa penyaluran kredit ke depan dengan memantau perkembangan pencapaian penyaluran kredit triwulan III 2025 akan kembali meningkat dan sesuai dengan target untuk tahun 2025,” pungkas Dian.
Meski demikian, Dian mengakui, sebagian besar bank memang melakukan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) sebagai penyesuaian terhadap kondisi perekonomian global dan domestik yang saat ini masih penuh dengan dinamika.
Dian menyebut, secara umum terdapat penyesuaian target menjadi lebih konservatif ke bawah target dalam RBB hasil revisi. Namun demikian, terdapat beberapa bank yang meningkatkan target pertumbuhan kreditnya.
“OJK menilai bahwa sasaran yang ditetapkan sesuai hasil revisi tersebut masih tetap kontributif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” imbuhnya.
Seperti diketahui, kinerja penyaluran kredit nasional tetap tumbuh pada Juli 2025 sebesar 7,03 persen yoy menjadi Rp8.043,2 triliun. Di sisi lain, undisbursed loan tumbuh 9,52 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,89 persen.
Dian menilai, hal ini mencerminkan adanya kelonggaran tarik kredit di masa depan yang dapat dimanfaatkan oleh debitur dalam melakukan ekspansi usaha. Selain itu, risiko kredit perbankan tetap terjaga dengan baik, tecermin dari rasio NPL di bawah 3 persen serta tren coverage pencadangan CKPN yang relatif stabil.
Di sisi lain, kondisi likuiditas perbankan masih cukup terjaga dan relatif stabil, dengan AL/DPK dan AL/NCD di atas threshold yang masing-masing sebesar 10 persen dan 50 persen, juga dengan LDR yang baik melebihi batas bawah 78 persen namun tidak melampaui batas atas 92 persen.
Baca juga: Bos BI Temui Bankir Minta Turunkan Suku Bunga Kredit
“Kondisi demikian mengindikasikan bahwa pada dasarnya perbankan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyaluran kredit. Namun, kondisi ketidakpastian global dan dinamika domestik menjadi salah satu pendorong utama pendorong pertumbuhan kredit,” ungkap Dian.
Selain itu, optimisme proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cukup baik serta percepatan belanja pemerintah diharapkan dapat menarik minat investasi ke domestik dan meningkatkan permintaan kredit. (*)
Editor: Galih Pratama










