Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dan resilien didukung oleh permodalan yang solid dan likuditas yang memadai.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, perkembangan perekonomi global masih menunjukkan divergensi pemulihan, dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) jauh lebih baik dari ekspektasi sebelumnya, yaitu di triwulan II 2023 mencatat pertumbuhan sebesar 2,4% dibandingkan dengan proyeksi The Fed sebesar 1% sepanjang 2023 dan dengan tingkat inflasi yang juga terus menurun.
“Momentum pemulihan perekonomian di Tiongkok dan Eropa saat ini, cenderung melemah dengan tekanan deflasi mulai terliuhat di Tingkok. Sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers RDK OJK, Kamis 3 Agustus 2023.
Baca juga: Waduh, Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, DPK juga Ikut-ikutan Melambat
Namun demikian, secara umum kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal. IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2023 menjadi 2,7%, dari proyeksi semula di bulan April sebesar 2,6%.
“Pasar memperkirakan siklus peningkatan suku bunga kebijakan di Ameika Serikat telah mendekati akhir, saat The Fed menaikkan FFR sebesar 25 bps pada FOMC bulan Juli 2023,” katanya.
Hal ini mendorong penguatan pasar keuangan global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar yang juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging market.
Sementara di dalam negeri, kinerja perekonomian nasional terpantau positif terutama pada dunia usaha. Terlihat dari peningkatan suplus neraca perdagangan, kembali meningkatnya PMI manufaktur pada Juli 2023 menjadi 53,3 dibandingkan Juni sebesar 52,5. Serta peningkatan rutinitas kapasitas industri.
“Namun demikian, potensi peniningkatan kinerja sektoir rumah tangga dan sisi permintaan secara umum masih perlu didorong. Terlihat dari berlanjutnya tren penurnan inflais inti, moderasi penjualan retail dan optimisme konsumen,” ungkap Mahendra.
Seperti diketahui, dari sektor perbankan, pada Juni 2023 kredit tumbuh sebesar 7,76% yoy, dibandingkan dengan Mei 2023 sebesar 9,39% menjadi Rp6.656 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 9,60% yoy.
Likuiditas industri perbankan pada Juni 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 119,05%, menurun dibandingkan Mei 2023 sebesar 123,27% dan 26,27% juga menurun dibandingkan Mei 2023 sebesar 27,52 %.
Dari pasar modal, pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Juli 2023 mengalami penguatan sebesar 4,05% mtd ke level 6.931,36 dibandingkan Juni 2023 menguat 0,43% mtd ke level 6.661,88. Dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd dibandingkan Juni 2023 tercatat outflow Rp4,38 triliun mtd.
Baca juga: OJK Pastikan Tak Akan Batasi Rasio Dividen Perbankan, Tapi…
Sementara, pada industri IKNB (industri keuangan non bank), akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan Juni 2023 mencapai Rp150,08 triliun, atau terkontraksi 4,74% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya Juni 2022 sebesar 0,96%. Pertumbuhan akumulasi premi asuransi jiwa melanjutkan tren penurunan sebesar 9,94% yoy dengan nilai sebesar Rp86,02 triliun per Juni 2023.
Selanjutnya, pertumbuhan piutang pembiayaan cukup tinggi sebesar 16,37% yoy pada Juni 2023 dibandingkan Mei 2023 sebesar 16,38% menjadi Rp444,52 triliun, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 32,52% yoy dan 17,57% yoy. (*)
Editor: Galih Pratama