Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggenjot angka literasi keuangan kepada masyarakat pedesaan di Indonesia. Peningkatan literasi keuangan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode pembinaan dan pengadaan seminar literasi keuangan. Tercatat angka literasi keuangan pada masyarakat pedesaan hanya sebesar 23,9 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sardjito kepada para pelaku Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk keuangan inklusif (Laku Pandai) di hotel Grand Hyatt Jakarta, Selasa 5 Desember 2017.
“Indeks literasi dan inklusi keuangan untuk masyarakat pedesaan menunjukkan nilai yang semakin rendah, yaitu hanya 23,9 persen masyarakat yang well literate dengan tingkat inklusi keuangan sebesar 63,2 persen,” jelas Sardjito di hotel Grand Hyatt Jakarta, Selasa 5 Desember 2017.
Selain itu, Sardjito menilai, tingginya area yang belum tersentuh oleh bank di Indonesia juga menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum terlayani oleh lembaga keuangan formal.
Dirinya menjelaskan, menurut hasil survei nasional keuangan tahun 2016 menunjukkan bahwa sebesar 67,8 persen masyarakat Indonesia telah menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang benar benar memahami mengenai produk perbankan.
“Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai,” tambah Sardjito.
Sardjito berharap, target yang dicanangkan oleh Dewan Nasional Keuangan Inklusif yang langsung dipimpin oleh Presiden Jokowi dapat tercapai. Dimana Presiden menargetkan 75 persen masyarakat Indonesia diharap telah menggunakan produk dan layanan keuangan di tahun 2019.(*)