Poin Penting
- FinExpo 2025 Purwokerto menjadi puncak Bulan Inklusi Keuangan, memperkuat kolaborasi OJK, pemerintah daerah, dan industri jasa keuangan.
- Sepanjang BIK 2025, OJK Purwokerto gelar 340 kegiatan literasi dan inklusi, membuka 74.400 rekening baru, serta kembangkan Desa Ekonomi Keuangan Inklusif.
- OJK tekankan literasi sebagai benteng perlindungan konsumen, terutama dari investasi bodong dan kejahatan digital, di tengah maraknya penipuan dan judi online.
Purwokerto — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Purwokerto menggelar FinExpo 2025, sebagai puncak rangkaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025, di Rita Supermall Purwokerto, Sabtu 18 Oktober 2025.
Acara ini menjadi momentum kolaborasi antara OJK, pemerintah daerah, dan industri jasa keuangan untuk memperluas akses serta pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan formal.
Kepala OJK Purwokerto, Haramain Billady menjelaskan, penyelenggaraan FinExpo 2025 merupakan bagian dari komitmen OJK dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan di wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Melalui edukasi dan kolaborasi lintas sektor, OJK berharap masyarakat semakin paham cara mengelola keuangan dan terhindar dari risiko layanan ilegal.
“FinExpo ini bukan hanya pameran produk keuangan, tetapi sarana edukasi dan pemberdayaan. Kami ingin masyarakat semakin cerdas, memiliki akses keuangan yang aman, serta mampu mengelola keuangan secara bertanggung jawab,” ujar Haramain, dalam sambutannya, di acara FinExpo 2025, di Rita Supermall Purwokerto, Sabtu, 18 Oktober 2025.
Sepanjang pelaksanaan Bulan Inklusi Keuangan 2025, OJK Purwokerto bersama industri jasa keuangan telah menyelenggarakan 340 kegiatan literasi dan inklusi di wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Dari kegiatan tersebut, tercatat telah dibuka lebih dari 74.400 rekening baru, sebagai bentuk nyata perluasan akses keuangan formal di daerah.
Baca juga: OJK Dorong Penguatan Tata Kelola di Sektor Jasa Keuangan
Selain itu, OJK Purwokerto juga mengembangkan program Duta Literasi Keuangan yang melibatkan 25 mahasiswa dan komunitas lokal.
Ia menambahkan, OJK Purwokerto saat ini telah memiliki dua Desa Ekonomi Keuangan Inklusif (EKI), yaitu Desa Panembangan (Banyumas) dan Desa Tanah Luang (Purbalingga). Kedua desa ini menjadi percontohan pengembangan akses keuangan berbasis potensi lokal, seperti pengelolaan keuangan UMKM dan petani.
“Melalui Desa EKI, kami dorong agar inklusi keuangan tak hanya jadi slogan, tapi benar-benar dirasakan masyarakat akar rumput,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menegaskan bahwa inklusi keuangan adalah pintu menuju kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, peningkatan akses keuangan tidak hanya memperluas kesempatan ekonomi, tetapi juga memperkuat perlindungan konsumen.
“Inklusi keuangan bertujuan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Setiap orang berhak memiliki akses terhadap layanan keuangan formal yang aman dan sesuai kebutuhannya,” ujar Friderica, dalam sambutannya, di acara FinExpo 2025.
Ia mengingatkan agar lembaga jasa keuangan menjalankan edukasi dan inklusi secara bertanggung jawab. Tidak semua produk keuangan cocok untuk semua orang, sehingga edukasi menjadi kunci agar masyarakat bisa memilih dengan tepat.
“Kita ingin masyarakat bisa terhindar dari produk ilegal, investasi bodong, maupun pinjaman yang tidak sesuai kemampuan. Literasi adalah benteng pertama perlindungan konsumen,” ujarnya.
Friderica menambahkan, OJK kini memiliki Indonesia Anti-SCAM Center sebagai wadah pelaporan aktivitas keuangan ilegal. Sejak berdiri setahun lalu, sudah hampir 300 ribu laporan masuk dengan total potensi kerugian masyarakat mencapai Rp7 triliun.
“Itulah mengapa literasi dan kewaspadaan digital penting. Banyak kasus penipuan menggunakan teknologi AI untuk meniru wajah dan suara orang lain. Masyarakat harus selalu waspada,” tuturnya.
Baca juga: Inilah Alasan OJK Rilis Roadmap Penguatan Industri Pergadaian
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono memberikan apresiasi kepada OJK dan FKIJK Purwokerto atas penyelenggaraan Fin Expo 2025. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan keuangan yang sehat di tengah maraknya praktik penipuan dan judi online.
“Sekarang ini penipuan makin canggih. Bahkan ada yang pakai nama saya untuk menipu lewat media sosial dan video call. Masyarakat harus makin pintar supaya tidak mudah tertipu,” tegasnya.
Sadewo juga mengungkapkan, fenomena judi online dan pinjaman ilegal kini telah berdampak pada kehidupan sosial masyarakat di Banyumas.
“Saya menerima banyak laporan dari pengadilan agama, banyak istri menggugat cerai suaminya karena terlibat judi online dan pinjol. Ini sudah bukan sekadar masalah ekonomi, tapi masalah sosial,” ujarnya.
Ia berharap industri jasa keuangan tidak hanya hadir sebagai lembaga yang menjual produk, tetapi juga sebagai mitra pembangunan daerah yang membawa manfaat nyata bagi ekonomi lokal.
“Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, OJK, dan lembaga keuangan, saya yakin Banyumas dan sekitarnya bisa menjadi daerah yang inklusif, produktif, dan sejahtera,” pungkasnya. (*) Ayu Utami










