Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 mencatatkan surplus sebesar USD2,93 miliar atau naik USD0,21 miliar secara bulanan (mtm).
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
“Surplus neraca perdagangan Mei 2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” kata Habibullah dalam Rilis BPS, Rabu, 19 Juni 2024.
Baca juga: Ekspor Mei 2024 Naik 13,82 Persen, Tembus USD22,33 Miliar
Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan Mei 2024 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD4,26 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD1,33 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit, yaitu hasil minyak dan minyak mentah.
Sementara itu, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia, yaitu India mengalami surplus sebesar USD1,55 miliar. Hal ini didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, logam mulia dan perhiasan/permata, serta biji logam, terak dan abu.
Kemudian, Amerika Serikat (AS) mengalami surplus sebesar USD1,20 miliar dan Jepang mengalami surplus USD0,74 miliar.
Baca juga: Ditopang Sektor Non Migas, Impor Mei 2024 Naik 14,82 Persen Jadi USD19,40 Miliar
Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar, yaitu Tiongkok defisit sebesar USD1,32 miliar dengan komoditas utamanya mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perelengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik.
Selanjutnya, Australua mengalami defisit sebesar USD0,54 miliar dan Thailand mengalami defisit sebesar USD0,32 miliar. (*)
Editor: Galih Pratama