Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,44 miliar secara bulanan pada September 2020 di tengah pandemi covid-19. Realisasi itu lebih tinggi dari surplus Agustus 2020 yang sebesar US$2,35 miliar.
Hal tersebut disampaikan Kepala BPS, Suhariyanto dalam video conferencenya di BPS, Kamis (15/10). Dirinya menjelaskan, angka tersebut terjadi lantaran nilai ekspor Indonesia hingga September 2020 mencapai US$14,01 miliar menurun 0,51 persen (YoY). Serta nilai impor Indonesia pada September 2020 mencapai US$11,57 miliar atau turun 18,88%
“Neraca dagang alami surplus sebesar US$2,44 miliar. Surplus terjadi lima bulan berturut-turut,” kata Suharyanto di Jakarta, Kamis 15 Oktober 2020.
Dirinya menjelaskan, nilai ekspor nonmigas September 2020 mencapai US$13,31 miliar, naik 6,47 persen dibanding Agustus 2020. Demikian juga jika dibanding ekspor nonmigas September 2019, naik 0,21 persen.
Sementara secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–September 2020 mencapai US$117,19 miliar atau menurun 5,81 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$111,25 miliar atau menurun 3,82 persen.
Sedangkan ekspor nonmigas September 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,63 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,69 miliar dan Jepang US$1,06 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 40,41 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$0,99 miliar.
Sementara itu untuk Impor nonmigas September 2020 mencapai US$10,40 miliar atau naik 6,18 persen dibandingkan Agustus 2020, namun dibandingkan September 2019 turun 17,94 persen. Sementara impor migas September 2020 senilai US$1,17 miliar atau naik 23,50 persen dibandingkan Agustus 2020, namun dibandingkan September 2019 turun 26,31 persen.
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–September 2020 adalah Tiongkok senilai US$28,22 miliar (30,32 persen), Jepang US$8,08 miliar (8,68 persen), dan Singapura US$6,03 miliar (6,48 persen). Impor nonmigas dari ASEAN senilai US$17,34 miliar (18,63 persen) dan Uni Eropa senilai US$7,37 miliar (7,92 persen).