Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2018 mengalami defisit sebesar US$1,1 miliar, dengan nilai ekspor mencapai US$14,18 miliar dan impor sebesar US$15,28 miliar di Desember 2018.
“Desember neraca dagang defisit US$1,1 miliar. Sedangkan untuk sepanjang 2018 defisit US$8,57 miliar,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Selasa, 15 Januari 2019.
Dia merincikan, ekspor Indonesia Desember 2018 mencapai US$14,18 miliar atau menurun 4,89 persen dibanding ekspor November 2018. Demikian juga dibanding Desember 2017 menurun 4,62 persen. Ekspor nonmigas Desember 2018 mencapai US$12,43 miliar, turun 8,15 persen dibanding November 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Desember 2017, turun 7,01 persen.
Sedangkan secara kumulatif, nilai ekspor Januari–Desember 2018 mencapai US$180,06 miliar, 6,65 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$162,65 miliar atau meningkat 6,25 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2018 terhadap November 2018 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$278,7 juta (56,25 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$84,9 juta (27,41 persen).
Sementara nilai impor Indonesia Desember 2018 mencapai US$15,28 miliar atau turun 9,60 persen dibanding November 2018, namun naik 1,16 persen jika dibandingkan Desember 2017. Impor nonmigas mencapai US$13,31 miliar atau mengalami penurunan 5,14 persen dibanding November 2018. Sebaliknya meningkat 6,16 persen jika dibanding Desember 2017.
“Impor migas Desember 2018 mencapai US$1,97 miliar atau turun 31,45 persen dibanding November 2018, demikian juga apabila dibandingkan Desember 2017 turun 23,33 persen,” ucapnya.
Penurunan impor nonmigas terbesar Desember 2018 dibanding November 2018 adalah golongan bahan kimia organik sebesar US$174,4 juta (27,07 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan buah-buahan sebesar US$69,8 juta (68,90 persen). (*)