Jakarta – Artis sekaligus YouTuber, Nathalie Holscher kembali menjadi buah bibir di jagat media sosial. Mantan istri pelawak Sule ini, mendapatkan hujatan dari warganet usai curhat tentang biaya pendidikan sekolah anak semata wayangnya, Adzam Adriansyah Sutisna.
Dalam video yang viral di media sosial, Nathalie membeberkan dengan detail rincian biaya pendidikan sekolah anaknya yang baru menginjak usia dua tahun itu. Kabarnya, biaya sekolah anaknya tersebut mencapai Rp24 juta. Video ini pun lantas banyak diserbu komentar miring dari para nitizen.
Pasalnya, biaya tempat sekolah baru putranya di bangku taman bermain dianggap melebihi biaya pendidikan semester orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Terlepas dari banyaknya cibiran dari nitizen, biaya pendidikan saat ini memang bisa dibilang mahal dan terus naik seiring dengan berjalannya waktu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), setiap tahun ajaran baru terjadi kenaikan inflasi dari sektor pendidikan. Contohnya per Agustus 2022, inflasi biaya pendidikan tercatat 2,38% secara tahunan.
Bahkan, inflasi biaya pendidikan uang pangkal di Indonesia, mengalami kenaikan mencapai 10-15 persen per tahun. Sementara kenaikan pendapatan individu belum bisa dipastikan mencapai angka tersebut setiap tahunnya.
Baca juga: Biaya Pendidikan Anak Kian Mahal, Ini yang Harus Disiapkan Orang Tua
Strategi Mempersiapkan Biaya Pendidikan Anak
Dari fenomena tersebut, penting halnya bagi para orangtua untuk mempersiapkan sedini mungkin biaya pendidikan anak. Lalu, bagaimana cara mempersiapkan biaya pendidikan anak sejak dini?
Seperti diungkapkan Perencana Keuangan dari Advisor Alliance Group Andy Nugroho. Menurutnya, perencanaan biaya pendidikan sejak dini sangat penting. Ini karena biaya pendidikan anak yang harus dikeluarkan orang tua jumlahnya sangat fantastis.
“Bahkan, dana pendidikan yang dibutuhkan seorang anak dari TK hingga perguruan tinggi berkisar Rp300 juta. Ini merupakan uang pangkal masuk sekolah dan biaya pendidikan dari masuk hingga lulus kuliah,” jelasnya, saat dihubungi Infobanknews belum lama ini.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan orang tua dalam merencanakan biaya pendidikan anak. Pertama, orang tua bisa mencari tahu dan melakukan estimasi berapa besaran biaya pendidikan yang dibutuhkan buah hati semenjak kecil hingga bangku kuliah.
“Caranya dengan mencari biayanya saat ini, dan dihitung menggunakan konsep time value of money, biaya pada si anak akan masuk sekolah tersebut,” terangnya.
Setelah didapatkan, maka orang tua bisa melakukan estimasi berapa dana yang harus disisihkan setiap bulannya untuk mendapatkan hasil tersebut. Misalnya, kata dia, dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp300 juta, di mana si anak akan kuliah 17 tahun lagi.
Secara sederhana, kita melakukan estimasi bahwa orang tua sebaiknya menabung sebesar Rp17,6 juta pertahun atau Rp1,5 juta perbulan.
“Dana yang disisihkan tersebut sebaiknya ditaruh di produk keuangan yang cukup likuid agar bisa segera dicairkan apabila dibutuhkan semisal di deposito, SUN, reksadana berbasis pasar uang dan Pendapatan tetap, atau logam mulia,” jelasnya.
Cara lain untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak adalah dengan asuransi. Banyak perusahaan asuransi menawarkan produk asuransi pendidikan untuk buah hati. Melansir laman OJK, saat ini ada dua jenis asuransi pendidikan. Ada asuransi dwiguna dan asuransi unit link.
- Asuransi Pendidikan Dwiguna (endowment)
Asuransi pendidikan ini merupakan produk gabungan antara proteksi asuransi jiwa ditambah dengan instrumen pasar uang.
Ketika orang tua anak meninggal dunia atau catat total tak bisa mencari nafkah, asuransi ini akan menjamin biaya pendidikan anak.
Baca juga: Bank Mandiri Sudah Salurkan Rp4,7 Triliun Program Bantuan Pendidikan
Sedangkan, hasil instrumen di pasar uang seperti deposito cenderung memberikan nilai hasil yang pasti dan dapat dicairkan dalam jangka waktu tertentu.
Adapun untuk jumlahnya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara nasabah dengan penyedia asuransi.
- Asuransi Pendidikan Unit Link
Asuransi pendidikan ini merupakan gabungan dari layanan asuransi jiwa sekaligus investasi. Premi yang dibayarkan tiap bulan tak hanya bisa memproteksi masa depan pendidikan anak, tapi juga akan dikelola untuk produk investasi, seperti reksa dana.
Sedangkan keuntungan dari investasi akan dibagikan beriringan dengan tahap anak sekolah. Misalnya saat akan masuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau Sekolah Menengah Atas (SMA). Meski demikian, nasabah harus paham setiap investasi memiliki risikonya tersendiri. (*)