Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menyebutkan bahwa utang BUMN Karya kepada seluruh perbankan saat ini telah menyentuh angka Rp46,21 triliun. Sebagian besar utang BUMN Karya tersebut berasal dari Bank Himbara (BUMN).
“Hal ini tentunya sejalan dengan kemampuan Bank-bank Himbara untuk memberikan kredit kepada perusahaan besar di Indonesia, termasuk BUMN,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae belum lama ini.
Emiten BUMN Karya yang memiliki utang jumbo tersebut diantaranya adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT PP Tbk (PTPP). Lantas bagaimana pergerakan saham dari emiten tersebut?
Baca juga: OJK Ungkap Total Pinjaman Bank ke BUMN Karya Tembus Rp46,21 T, Siapa yang Paling Jumbo
Dampak dari adanya utang, WSKT saat ini telah memicu sahamnya berstatus ditangguhkan dengan notasi khusus adanya permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), dimana harga sahamnya saat ini berada di posisi Rp202 per saham.
Diketahui, WSKT masih mencatatkan rugi Rp2,07 triliun hingga Juni 2023 pada laporan keuangan konsolidasi interim yang dipublikasikan oleh Perseroan.
Kemudian, saham WIKA hingga saat ini (10/8) pukul 09:15 WIB bertahan flat di harga awal Rp370, dimana harga sahamnya saat ini bergerak pada rentang harga terendah Rp368 hingga harga tertinggi Rp376 per saham.
Hingga Juni 2023, WIKA telah membukukan pendapatan usaha sebesar Rp9,25 triliun atau meningkat 28,81 persen, namun, WIKA masih mencatatkan rugi bersih mencapai Rp1,88 triliun.
Selanjutnya, harga saham ADHI per hari ini terlihat mengalami pergerakan yang fluktuatif, dimana harga sahamnya meningkat 4 poin atau menguat 0,93 persen, namun harga saham tersebut sempat melemah ke harga Rp428 per saham di awal perdagangan.
Utang ADHI per semester I-2023 tercatat telah menurun 18 persen, sehingga total liabilitas ADHI berkurang Rp2,7 triliun atau menurun delapan persen menjadi sebesar Rp30,4 triliun dari tahun sebelumnya.
Adapun, untuk harga saham PTPP pada hari ini mengalami penguatan 15 poin menjadi Rp545 per saham atau naik 2,83 persen dari harga awal Rp530 per saham.
Pendapatan PTPP di enam bulan pertama 2023 juga mengalami penurunan menjadi Rp6,42 triliun dari Rp7,13 triliun yang memicu laba bersih ikut terkerek turun 11 persen menjadi Rp8,04 triliun dari Rp9,02 triliun tahun sebelumnya.
Berdasarkan pergerakan saham tersebut, Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat, menuturkan bahwa, dengan dibekukannya saham WSKT, memicu saham-saham BUMN Karya lainnya melemah dan memicu investor untuk wait and see.
Baca juga: Ini Kata Bos BRI Soal Utang BUMN Karya Rp70 Triliun
“Jadi memang dampaknya terhadap saham itu ya sudah kelihatan dari sahamnya yang di suspend itu (WSKT) dan saham lain yang tidak PKPU ya kaya WIKA, PTPP, Adhi Karya juga ikut turunkan, meskipun sebenernya mereka ngga ada masalah,” ucap Teguh kepada Infobanknews dikutip, 10 Agustus 2023.
Teguh juga melihat bahwa prospek harga saham-saham BUMN Karya tersebut belum akan menunjukkan penguatan, sebelum proses PKPU diselesaikan oleh pihak WSKT.
“Meskipun harganya sudah murah tapi kalau Perusahaannya bermasalah ya kita belum berani lah untuk masuk kesana, iya kita (investor) tunggu dulu lah. Kalau ke depan perkembangannya jadi positif ya mungkin kita juga ikut masuk gitu, cuma untuk saat ini belum,” imbuhnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra