Jakarta–Belakangan ini produk-produk yang berasal dari Tiongkok tengah marak di Indonesia. Mendominasinya barang konsumsi maupun barang modal asal Tiongkok di Indonesia ini juga sejalan dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun ini.
Sehingga, pelaku bisnis dalam negeri juga harus berpikir keras agar nasib usaha atau produknya tidak kalah saing dengan produk-produk asal Tiongkok. Menurut Founder and Chairman MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya, pelaku bisnis dalam negeri harus memperhitungkan keberadaan barang-barang konsumsi maupun modal asal Tiongkok yang saat ini tengah beredar di masyarakat.
“Suka atau tidak suka, Tiongkok itu harus diperhitungkan. Produk-produk mereka tidak kalah bersaing. Meski produk mereka lebih murah dibanding produk lain, tapi produk mereka sudah tidak ecek-ecek lagi dan sudah tidak bisa dianggap murahan lagi,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 17 Mei 2016.
Menurutnya, produk-produk Tiongkok sudah menjamur dan sangat beragam yang masuk ke pasar Indonesia. Hal ini tercermin pada produk-produk Tiongkok yang tidak kalah dari segi kualitasnya dengan produk-produk buatan AS dan Eropa. Contohnya saja, seperti Xiaomi yang saat ini direspon positif oleh pasar Indonesia.
Tiongkok yang digadang-gadang akan menjadi negara adikuasa selain Amerika Serikat dari segi ekonomi, harus menjadi perhatian utama Indonesia. Oleh sebab itu, dirinya berharap agar dalam ke depannya Indonesia bisa lebih bersaing dalam menghadapi pasar bebas ASEAN yang sudah dimulai pada tahun ini.
“Indonesia sadar bahwa ekonominya bukan tergantung lagi pada Amerika saja tapi juga Tiongkok. Oleh sebab itu Tiongkok jangan dianggap main-main saat ini,” ucap Hermawan.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Januari-April 2016, seperempat impor Indonesia berasal dari Tiongkok. Impor terbesar (Januari-April 2016) dari Tiongkok, yakni senilai US$9,65 miliar atau 25,76% dari total impor non-migas yang sebesar US$37,47 miliar.
“Seperempat impor kita berasal dari China. Jadi, ketergantungan konsumsi kita maupun untuk barang modal kita dari China,” ujar Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo.
Kebanyakan barang yang diimpor dari Tiongkok antara lain laptop, komputer, dan handphone. Dalam catatan BPS, ada 10 golongan barang yang paling banyak diimpor dari Tiongkok yakni, mesin/pesawat mekanik (US$2,34 miliar), mesin/peralatan listrik (US$1,92 miliar), besi dan baja (US$2,01 miliar), bahan kimia organik (US$781,89 juta).
Lalu, yang lainnya adalah plastik dan barang dari plastik (US$375,75 juta), benda-benda dari besi dan baja (US$336,20 juta), filamen buatan (US$189,40 juta), pupuk (US$176,42 juta), bahan kimia anorganik (US$202,08 juta), dan kendaraan dan bagiannya (US$168 juta). (*)
Editor: Paulus Yoga