Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengumumkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mengalami peningkatan. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan II 2020 tercatat sebesar USD408,6 miliar atau setara dengan Rp6.047 triliun (kurs Rp14.800 per dolar as). ULN Indonesia tersebut tumbuh 5,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,6% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, ULN Indonesia yang tercatat sebesar USD408,6 miliar itu terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD199,3 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD209,3 miliar. Meningkatnya ULN Indonesia disebabkan oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN Pemerintah maupun swasta. Selain itu, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai ULN berdenominasi Rupiah.
ULN Pemerintah mencatat peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi ULN Pemerintah pada akhir triwulan II 2020 tercatat sebesar USD196,5 miliar atau tumbuh 2,1% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 3,6% (yoy). Peningkatan ULN Pemerintah terjadi seiring penerbitan Sukuk Global untuk memenuhi target pembiayaan, termasuk satu seri Green Sukuk yang mendukung pembiayaan perubahan iklim.
Selain itu, arus masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang masih cukup tinggi mengindikasikan persepsi yang positif terhadap pengelolaan kebijakan makroekonomi dalam memitigasi dampak pandemi COVID-19, menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi. ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,5% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,4%), sektor jasa pendidikan (16,3%), sektor jasa keuangan dan asuransi (12,4%), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,7%).
“ULN swasta meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. ULN swasta pada akhir triwulan II 2020 tumbuh 8,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Perkembangan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan, sedangkan ULN lembaga keuangan tercatat kontraksi,” ujar Onny dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 14 Agustus 2020.
Menurutnya, pada akhir triwulan II 2020, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan terakselerasi dari 7,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 11,4% (yoy), sedangkan ULN lembaga keuangan terkontraksi 1,7% (yoy), lebih rendah dari kontraksi 2,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,3% dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan II 2020 sebesar 37,3%, meningkat dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 34,5%. Meskipun meningkat, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89,0% dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” ucapnya. (*)