Jakarta – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melaporkan utang konsolidasi Grup BUMN mencapai Rp1.640 triliun pada 2022. Jumlah utang tersebut naik 3,79% dibanding 2021, yang sebesar Rp1.580 triliun.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, meski jumlah utang 2022 naik dibanding tahun sebelumnya, rasio utang perusahaan pelat merah ini justru mengalami penurunan dari 36,2 persen di 2021, menjadi 34,2 persen pada 2022.
“Meski utang naik, tapi rasio utang dengan modal yang ada justru mengalami penurunan,” kata Erick seperti dikutip 15 Februari 2023.
Penurunan rasio utang tersebut tak lepas dari capaian ekuitas yang cukup baik. Pasalnya, modal konsolidasi pada 2022 lebih besar dari pada utang, yakni Rp3.150 triliun. Modal konsolidasi tersebut naik dari Rp2.778 triliun pada 2021.
Dari sisi laba konsolidasi, Erick memaparkan laba konsolidasi BUMN diperkirakan mengalami kenaikan Rp179 triliun di 2022. Meski dalam laporan keuangan belum teraudit dan dipaparkan di Komisi VI, laba konsolidasi BUMN diyakini bisa mencapai Rp303,7 triliun pada 2022.
Hal tersebut didukung adanya kenaikan pendapaatan yang menjadi Rp2.613 trilun dan kenaikan aset mencapai Rp9.867 triliun.
Merangkum berbagai sumber, sejumlah efisiensi telah dijalankan Erick dalam menjalankan roda bisnis perusahaan negara ini. Misalnya dengan melakukan efisiensi pada PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero), yang sukses menggenjot investasi untuk sektor pendanaan ketimbang utang.
PLN disebut berhasil menurunkan utang dari jumlah total Rp96 triliun, dan menekan belanja modal alias capital expenditure (capex). Sedangkan PT Pertamina (Persero) berhasil menghemat biaya operasional sekitar Rp6 triliun per-Juli 2022 melalui berbagai program efisiensi. (*) Galih