Apalagi serangan malware saat ini juga makin beragam, seperti dalam kasus Sinkronisasi Token yang belakangan marak terjadi, di mana nasabah diminta memberikan token transaksi untuk melakukan sinkronisasi, yang sebenarnya digunakan penyusup untuk mengirimkan dana tanpa disadari oleh nasabah. SMS sebagai media pengiriman OTP kini dirasa kurang aman karena rentan terhadap duplikasi SIM card atau pembaruan SIM Card yang dapat dilakukan oleh provider tanpa sepengetahuan pemilik.
Pengiriman Token melalui SMS juga berisiko terjadi intersepsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sedangkan Hardware Token yang secara sistem dinilai kuat dan dirasa paling aman ternyata jika dikombinasikan dengan teknik social engineering, maka serangan tetap dapat terjadi. Karena Hardware Token hanya memberikan informasi kode rahasia saja, dan tidak menampilkan informasi terkait transaksi yang dilakukan.
Melihat hal itu, Achmad sendiri mengungkapkan Mobile Token memiliki keunggulan. Selain mudah didapat, dengan mengunduh aplikasi Mobile Token di App Store atau Google Play, juga punya kemampuan untuk melakukan approval transaksi yang diinisiasi oleh pihak lain, di mana ketika melakukan approval, data transaksi akan diinformasikan ke pihak yang melakukan approval. (Bersambung ke halaman berikutnya)