Jakarta – Proyek infrastruktur yang jadi fokus pemerintah Jokowi layak diteruskan. Siapa pun presiden terpilih kelak. Sebab, multiplier effect pembangunan infrastruktur sangat bermanfaat.
Demikian simpulan dari diskusi publik “Perkembangan, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Indonesia” yang diselenggarakan oleh Forum Alumni Aktivis PPMI di Jakarta, Selasa, 30 Oktober 2018.
Hadir sebagai pembicara Prof Ahmad Erani Yustika, Ph.D, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi; Yose Rizal Damuri, Ph.D, Kepala Departemen Ekonomi CSIS; dan Darto Wiryosukarto, jurnalis senior Infobank.
Menurut Erani, pembangunan infrastruktur saat ini mulai menunjukkan hasil. Yakni mulai bertumbuhnya ekonomi kerakyatan secara signifikan. Masyarakat di daerah-daerah terpencil banyak memetik manfaat.
Dijelaskan, dari sekitar 75.000 desa di Indonesia, pemerintah sudah membangun jalan di sekitar 35.000 desa. “Hampir separuh desa di Indonesia sudah dibangunkan jalan,” ungkap Erani.
Dampaknya luar biasa. Wilayah yang semula terisolir, kini jadi terbuka. Mobilitas masyarakat naik drastis. Dan, perekonomian kerakyatan melonjak. Dia mencontohkan case petani salak di desa terpencil di Donggala, Sulawesi Tengah.
Dulu, warga kesulitan menjual hasil panen salak. Karena tidak ada akses jalan. Jangankan mobil, motor pun tidak bisa masuk. “Makanya, petani menjualnya di kebun,” ujarnya.
Jika memaksa menjual ke pusat desa, petani harus memanggul salak, berjalan kaki menuju pusat desa untuk menjualnya. Bahkan, banyak salak yang membusuk karena tidak terangkut.
Kini jalan-jalan desa sudah dibangun. Apa hasilnya? “Penghasilan petani naik dua kali lipat banding sebelumnya,” tuturnya.
Itu memang tidak mewakili seluruh petani Indonesia. Namun, rata-rata omzet petani naik 100% sebagai multiplier effect dari pembangunan jalan desa.
Hal senada diungkapkan Yose Rizal Damuri. Dia meyakini, pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah Jokowi benar-benar ditujukan untuk meningkatkan perekonomian di daerah, khususnya di luar Pulau Jawa.
“Dalam kalkukasi saya, kalau program infrastruktur terkait election, ngapain bangun jalan di Papua dan Maluku Utara yang secara election hanya mampu memberikan suara sedikit,” ujarnya.
Kalau tujuannya untuk mencari perolehan suara, kata dia, cukup Jawa yang diguyur proyek infrastruktur. Sebab, Jawa-lah penyumbang mayoritas suara.
Dan, dengan melihat multiplier effect yang mulai nampak dari pembangunan infrastruktur, dia berharap program ini terus dilanjutkan. “Siapa pun presiden terpilih kelak,” tegasnya.
Sementara itu, Darto Wiryosukarto mengkritisi masih biasnya informasi terkait capaian pemerintah di bidang infrastruktur. Sehingga, masih banyak suara sumbang yang menilai pembangunan infrastruktur salah sasaran.
“Bagi pemerintah, tantangan ekonomi ke depan bukan hanya soal domestic economy, global turbulence, dan political risk 2019, tapi bagaimana menghadapi masifnya suara-suara minor di media sosial yang menegasikan capaian-capaian pemerintah,” tutupnya. (*)