Jakarta–Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menilai, rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing finance (NPF) industri pembiayaan saat ini tumbuh tipis ke level 3,47 persen. Namun demikian secara tren, NPF multifinance masih naik pada tahun ini.
“Angka ini angka pertama yang kami nilai tumbuh sangat rendah,” ungkap Suwandi pada Seminar Nasional Infobank “Mencari Bisnis Model Baru Industri Multifinance” di Hotel Ayana, Jakarta, Kamis, 14 September 2017.
Dirinya menambahkan, hal tersebut lebih diakibatkan pada fokus pelaku perusahaan pembiayaan yang hanya berfokus pada pembiayaan otomotif di saat beberapa sektor lain yang terus berkembang.
“Hal ini lebih pada pelaku pembiayaan yang hanya terus fokus pada pembiayaan otomotif pada 4 hingga 5 tahun terakhir sejak batubara yang mulai turun, padahal banyak sektor lain yang lebih berkembang dan tumbuh, seperti pembiayaan modal kerja dan pembiayaan lain,” jelas Suwandi.
Suwandi menambahkan, kenaikan yang cukup rendah tersebut juga merupakan dampak dari lesunya ekonomi dalam negeri, di mana jika dihitung sejak bulan lalu kenaikan NPF masih relatif stagnan dan tidak mengalami kenaikan secara signifikan.
Seperti diketahui, angka NPF perusahaan pembiayaan terus mengalami peningkatan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, angka kredit macet multifinance mencapai 3,47 persen hingga Juni 2017. Tingkat pembiayaan bermasalah ini naik tipis dari posisi Mei sebesar 3,45 persen. Sementara, jika dihitung sejak awal tahun angka NPF hanya tercatat 3,17 persen. (*)
Editor: Paulus Yoga