Poin Penting
- Ignasius Jonan dikenal sebagai tokoh yang mentransformasi KAI dari perusahaan merugi menjadi modern dan menguntungkan, dengan lonjakan laba dan aset signifikan pada 2009–2013.
- Jonan membuka peluang kembali ke jabatan publik, menegaskan bahwa ia tidak mencari posisi, namun siap jika ditugaskan demi kepentingan bangsa dan negara.
- Kinerja KAI terus positif, dengan laba bersih semester I 2025 mencapai Rp1,18 triliun, naik 8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Jakarta – Ignasius Jonan, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero periode 2009-2014, dikenal sebagai tokoh kunci yang membawa transformasi signifikan bagi perusahaan tersebut.
Di bawah kepemimpinannya, KAI berhasil berubah dari perusahaan yang merugi dan tidak efisien menjadi perusahaan modern dan menguntungkan. Berkat rekam jejak itu, Jonan pun kerap diminta untuk kembali menduduki jabatan publik.
Bagi Jonan, permintaan itu bukan sekadar soal jabatan, melainkan bentuk nasionalisme dan kontribusi bagi negara.
“Soal nasionalisme, kalau untuk bangsa dan negara jangan diragukan. Tapi saya gak nyari loh. Tapi kalau ditugaskan ya saya siap,” ujar Jonan yang juga pernah menjabat Menteri ESDM pada 2016-2019 dan Menteri Perhubungan 2014-2016.
Baca juga: Ignasius Jonan: Integritas Fondasi Utama Kepemimpinan
Diketahui, saat memimpin KAI sekitar 16 tahun lalu, Jonan berhasil membalikkan kondisi keuangan perusahaan dari rugi menjadi untung.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, KAI mampu beralih dari kerugian Rp83,5 miliar pada 2008 menjadi keuntungan Rp154,8 miliar pada 2009. Laba terus meningkat hingga mencapai Rp560,4 miliar pada 2013.
Baca juga: Ignasius Jonan: Pemimpin Lembaga Keuangan Wajib Utamakan Isu Lingkungan
Selain itu, total aset perusahaan melonjak dari Rp5,7 triliun pada 2008 menjadi Rp15,2 triliun pada 2013 melalui program restrukturisasi dan penertiban aset.
Ternyar, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat laba bersih semester I 2025 sebesar Rp1,18 triliun, naik 8 persen dari pendapatan pada semester I 2024 sebesar Rp1,10 triliun. (*)
Editor: Yulian Saputra










