Padahal, modal merupakan bantal yang memberikan perlindungan terhadap aneka potensi risiko yang melekat pada bisnis suatu institusi. Risiko tersebut akan memengaruhi keamanan dana deposito, kredit yang dikucurkan, dan institusi bersangkutan. Modal tersebut bertujuan memberikan kepercayaan kepada deposan, pemberi pinjaman, dan pemangku kepentingan atau stakeholders (Michel Crouhy, Dan Galai & Robert Mark, 2000). Oleh karena itu, modal ventura wajib terus mengerek modal agar lebih perkasa.
Kedua, pada sisa tahun ini dan tahun ke depan perusahaan modal ventura tentu akan makin gemerincing. Mengapa demikian? Karena, beberapa bank papan atas sudah dan segera membentuk perusahaan modal ventura. Lihat saja, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), dan Bank Negara Indonesia (BNI) segera membentuk perusahaan modal ventura. Menurut rencana, perusahaan modal ventura akan menjadi kendaraan bagi bank papan atas untuk bekerja sama dengan perusahaan tekfin. Kerja sama dapat berupa tambahan modal kepada perusahaan tekfin melalui perusahaan modal ventura.
Untuk itu, perusahaan modal ventura dapat lebih banyak menyalurkan investasi ke perusahaan tekfin. Namun, data mencatat lain. Perusahaan modal ventura justru tak banyak berinvestasi di bisnis financial technology. AT Kearney dan Google mencatat, porsi investasi modal ventura dari 2012 hingga Agustus 2017 di tekfin baru 1 persen dari total investasi, jauh di bawah e-commerce dan transportasi online. Porsi investasi yang mengucur ke bisnis e-commerce mencapai 58 persen dan transportasi online sebesar 38 persen (Harian Kontan, 20 September 2017). Sungguh, ini tantangan sejati bagi perusahaan modal ventura.
Ketiga, perusahaan modal ventura cepat atau lambat harus meningkatkan bisnis inti mereka dengan memanfaatkan teknologi. Untuk menuju pemasaran berbasis digital, perusahaan modal ventura akan lebih cepat menggandeng perusahaan tekfin. Hal ini merupakan langkah strategis karena akan lebih efisien daripada harus membangun sendiri dari nol.
Kasus penutupan dua gerai Matahari Department Store di Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai, Jakarta Selatan, menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi bisnis ritel. Apakah penutupan tersebut merupakan simbol bahwa daya beli masyarakat menurun? Tidak. Penulis menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat antre dengan tidak sabar menunggu toko ritel itu buka, yang menawarkan diskon besar-besaran hingga 70 persen.
Aksi masyarakat tersebut menjadi pertanda bahwa masyarakat masih memiliki daya beli yang cukup kokoh. Harapan kita, semoga aksi membeli itu dapat meningkatkan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mendaki dari 4,94 persen per kuartal (triwulan) pertama 2017 menjadi 4,95 persen per kuartal kedua 2017. (Bersambung ke halaman berikutnya)