oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia hari Rabu, 17 Februari 2016 umumnya ditutup melemah karena investor tidak yakin dan berperilaku wait and see terhadap perkembangan pembahasan terkait pembatasan produksi minyak dunia. Namun demikian pasar saham China membaik karena hasil pertemuan otoritas terkait baik di perbankan, pasar modal, termasuk PBOC mengungkapkan komitmen bersama untuk mendukung pertumbuhan industri melalui pasar keuangan. Kementerian perdagangan China dalam konferensi pers juga menyebutkan tidak adanya dasar yang cukup untuk terus mendevaluasi Yuan. Indeks Nikkei turun 1,36%, Shanghai composite naik 1,08%, indeks Hang Seng Hongkong turun 1,03%, KOSPI Korea turun 0,23%, dan STI Singapura turun 1,16%.
Dari pasar Eropa menguat seiring dengan adanya oerkembangan akan dilakukannya pertemuan antara Menteri Energi Qatar dan Presiden OPEC di Tehran, bersama Iran, Venezuela dan Iraq untuk membahas pembatasan output produksi minyak. FTSE 100 Inggris naik 2,87%, DAX Jerman naik 2,65%, CAC 40 Perancis naik 2,99% dan IBEX 35 Spanyol naik 2,79%. Pasar ekuitas US ditutup menguat setelah minutes of meeting the Fed menunjukkan bahwa the Fed memerlukan tambahan informasi yang cukup mengenai kekuatan ekonomi AS sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan tingkat bunga acuan. DJIA naik 1,59%, S&P 500 index naik 1,65%, dan NASDAQ composite naik 2,21%. Pagi ini pasar Asia dibuka menguat, Nikkei naik 2,26% dan Kospi Korea naik 1,29% (08.15 WIB).
Minutes of meeting the Fed tanggal 27 Januari, yang dirilis kemarin menunjukkan nahwa the Fed cenderung menahan diri untuk menaikkan tingkat bunga acuan di tengah volatilitas pasar. The Fed juga menyatakan bahwa kebijakan yang paling baik saat ini adalah menunggu tambahan informasi mengenai kekuatan ekonomi AS sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan Fed Fund rate. Pernyataan ini dibaca sebagai pernyataan yang cukup dovish oleh pelaku pasar sehingga banyak pelaku pasar kembali memburu risky asset seperti saham.
Masih dari AS, data industrial output AS bulan Januari naik 0,9% dibandingkan bulan sebelumnya, lebih besar dibandingkan perkiraan pelaku pasar yaitu kenaikan sebesar 0,3%. Ini adalah peningkatan terbesar sejak Juli tahun lalu. Meskipun demikian pengamat menyatakan bahwa kenaikan ini karena beberapa sektor industri yang masih cukup kuat di tengah menguatnya USD, pelemahan ekonomi global, dan jatuhnya harga minyak. Pengamat tetap berhati-hati dan tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa sektor industri AS pulih.
Bank of America Merrill Lynch (BAML) memperkirakan akan terjadinya resesi di AS dalam 12 bulan ke depan dengan kemungkinan sebesar 25%. Sementara pelaku pasar telah memperhitungkan terjadinya resesi dengan tingkat kemungkinan yang lebih tinggi yaitu 50%. BAML menyebutkan bahwa outlook fundamental ekonomi dan fundamental pasar keuangan akan memburuk. Kenaikan Fed Fund rate diperkirakan hanya cuma dua kali tahun ini. Terkait hal ini BAML juga memperkirakan ada 40% kemungkinan the Fed justru tidak menaikkan Fed Fund rate, bahkan menurunkan Fed Fund rate.
Sementara itu China dilaporkan menjual kepemilikan UST-nya melalui Belgia. Dalam sejarahnya selain melakukan transaksi langsung atas nama China, otoritas China (SAFE – State Administration of Foreign Exchange) juga melakukan investasi UST dengan kustodi di Belgia. Meskipun data resmi menunjukkan kepemilikan UST oleh China turun USD18,4 miliar di bulan Desember 2015 menjadi USD1,24 triliun, namun di sisi lain kepemilikan oleh Belgia juga turun signifikan dalam periode yang sama, yaitu turun USD21,9 miliar. Indikasi ini muncul setelah China melaporkan turunnya cadangan devisa China bulan Januari sebesar USD99,4 miliar menjadi USD3,23 triliun.
Harga minyak dunia ditutup naik setelah Menteri Perminyakan Iran menyampaikan dukungannya terhadap pembahasan rencana pembatasan produksi minyak dunia yang digagas Rusia dan juga sebagian Negara OPEC. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan antara Menteri Energi Qatar, Iraq, Iran, Venezuela dan presiden OPEC di Tehran. Sementara itu American Petroleum Institute kemarin menyebutkan bahwa cadangan minyak mentah US turun 3,3 juta barrel minggu lalu. Pelaku pasar menanti data dari Energy Information Administration hari ini. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret naik USD1,62 (5,6%) ke level USD30,66 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April naik USD2,32 (7,2%) ke level USD34,50 per barrel.
Yield UST naik karena investor banyak membeli asset yang lebih berisiko seperti saham. Yield UST 10 year naik 4 bps ke level 1,82%. Sementara UST 30 year naik 5 bps ke level 2,69%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 45 bps (akhir tahun lalu 2,27%).
Pasar SUN ditutup melemah, yield SUN tenor 10 tahun naik 9 bps ke level 8,07%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 67 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup naik 20,50 poin (0,43%) ke level 4.765,50. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 3,75% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp570,3 miliar sehingga year to date asing membukukan net buy sebesar Rp2,37 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup melemah Rp112 ke level Rp13.507 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M melemah Rp71 ke level Rp13.564. Spread antara NDF 1 bulan dengan spot cenderung menurun sejak mencapai titik tertinggi pada tanggal 28 September 2015 yang mencapai Rp369, hingga kemarin hanya sebesar Rp57. Hal ini berdampak pada tren penguatan nilai tukar Rupiah di pasar spot belakangan ini. Persepsi risiko stabil, CDS spread 5Y turun 1 poin ke level 243. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK