Buleleng, Bali — Petani kerap diidentikan dengan kubangan lumpur dan tanah, tanpa mampu memperbaiki kapasitas ekonominya. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) berupaya menciptakan solusi atas keterbatasan para petani tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah fokus mengembangkan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bidang pertanian yang berorientasi ekspor.
Caranya adalah dengan mengembangkan market place berbasis aplikasi yang dikelola oleh para petani milenial. Pendekatan digital yang diterapkan akan menyasar para petani muda melalui Program Milenial Smartfarming di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Program Milenial Smartfarming merupakan Ekosistem Pemberdayaan Millenial melalui Pembinaan & Pengembangan ekosistem Pertanian Digital (IoT) dari Hulu ke Hilir serta meningkatkan Inklusi Keuangan Desa. Kali ini program Millenial Smartfarming menggandeng forum petani Muda Keren diprakarsai oleh Bli Agung Wedha yang mengusung konsep pertanian digital kultural.
Adapun implementasi Program Millenial Smartfarming dilaksanakan melalui serangkaian aktivitas, yaitu coaching clinic kepada petani milenial mengenai penggunaan aplikasi Agree Suites untuk pendataan petani dan offtaker. Petani muda juga dilatih menggunakan alat water dripping sebagai bagian dari CSR BNI.
Setelah coaching clinic dilanjutkan dengan aksi pemupukan massal secara simbolis. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat.
Peran BNI pada kegiatan ini adalah memberikan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha rayat (KUR) Tani. Selain itu, diberikan pendampingan kepada petani milenial dalam memanfaatkan teknologi digital dan informasi pada aktivitas ekosistem pertanian, serta menumbuhkan peranan Offtaker dalam penyerapan hasil pertanian.
Hadir pada kesempatan ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Bupati Kabupaten Buleleng Putu Agus Suradnyana, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik WIjayanto, Pemimpin Wilayah Depansar BNI I Gusti Myoman Dharmaputra, Senior Project Manager Agrosolution PT Pupuk Indonesia Supriyoto, Tribe Leader Agriculture Telkom Indonesia Agus Suhartono, Deputi Direktur OJK Regional Bali & Nusra I Nyoman Hermanto Darmawan, Deputi Direktur Bank Indonesia Bali & Nusra Dony H Heatubun, serta petani milenial perwakilan kelompok tani dan petani di Desa Gobleg dan sekitarnya.
Besarnya peran teknologi terhadap hasil pertanian membuatnya berharap banyak pada generasi muda. Mentan bersyukur bahwa saat ini sudah mulai banyak petani muda yang dilibatkan dalam penerapan teknologi digital di budidaya pertanian dan diharapkan ini bisa menjadi penopang ekonomi Bali, karena sektor Pariwisata yang terdampak Covid-19. “Kita tidak perlu impor untuk komoditas yang justru menjadi keunggulan kita. Saya harapkan program ini bisa dikawal dengan baik bersama-sama dan tercapainya reformasi dunia pertanian secara modern,” tuturnya.
Sementara itu, Sis Apik Wijayanto menjelaskan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali karena keunikan yang dimiliki daerah ini. Dimana, pertanian modern harus didorong semua pihak. “Apalagi sektor pertanian sedang memasuki era baru yang memiliki pendekatan online sistem dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Menurutnya, langkah intervensi pertanian baru harus dilakukan agar Indonesia benar-benar maju, mandiri dan berdaulat pangan,” ungkap Sis Apik.
Agung Wedha, inisiator Petani Muda Keren (PMK) menambahkan, bahwa melalui penggunaan aplikasi teknologi informasi dan penggunaan alat IoT petani jadi lebih termotivasi untuk bertani karena mengetahui sistem pemasaran yang lebih adil dan menghasilkan bahan pangan sehat yang berkualitas dan harganya memiliki daya tawar yang tinggi.
Pada kesempatan terpisah, Pgs. Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI, I Nyoman Setiawan menyampaikan, smartfarming adalah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artificial intelligence, robot, internet of things, drone, blockchain dan big data analitik untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.
“Penggunaan teknologi industri 4.0 mutlak diperlukan untuk kondisi saat ini, karena sudah menjadi tuntutan objektif yang harus dilakukan petani agar tidak terjebak pada pola dan cara-cara lama yang kurang produktif sehingga mengebiri produktivitas pertanian nasional,” katanya.
Penerapan aplikasi dan teknologi pertanian menjadi sangat penting karena selain pendataan, juga dapat menghubungkan antara petani dengan mitra lainnya, antara lain offtaker, koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BumDes). Digitalisasi sistem pertanian di Indonesia memang sangat menguntungkan bagi semua pihak, terlebih lagi bila didukung oleh semua pihak tidak hanya petani, tetapi juga para stakeholder terkait.
Harapannya, sektor pertanian dapat bergerak lebih optimal melalui KUR sektor pertanian secara masif mampu memenuhi swasembada pangan. Hal ini terlihat dari realisasi KUR BNI di sektor pertanian yang telah disalurkan selama tahun 2021 hingga bulan Mei sebesar Rp3,2 triliun serta menyentuh 78 ribu penerima KUR di seluruh Indonesia. Walhasil nantinya akan mendorong perwujudan kemandirian dan kedaulatan pangan dalam negeri walau di tengah deraan wabah pandemi Covid-19. (*)