Jakarta – Perubahan pola gaya hidup generasi muda saat ini yang cenderung konsumtif sebagai dampak dari pengaruh aktivitas sosial media telah mengakibatkan para milenial seringkali merasa kesulitan dalam membeli rumah pertama. Kecenderungan milenial yang lebih mementingkan pada pemenuhan gaya hidup seperti pakaian, makanan dan minuman, traveling, dan aktivitas seputar hobi membuat rencana membeli rumah seringkali dikesampingkan.
Adanya hal tersebut, kaum milenial tidak merasa bahwa semakin hari umur terus menua namun masih tinggal bersama orang tua, atau pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya dan tidak kunjung memiliki rumah. Kondisi demikian tentunya harus membutuhkan perhatian terutama dalam meningkatkan literasi dan edukasi terhadap pentingnya memiliki hunian. Apalagi, rumah merupakan sebagai tempat berteduh, yang juga sebagai kebutuhan primer.
Selain menjadi tempat tinggal, rumah juga merupakan aset untuk investasi yang bernilai ekonomi tinggi dan bermanfaat. Misalnya ketika kita ingin mengajukan pinjaman melalui bank, rumah dapat dijadikan sebagai agunan dalam mengajukan pinjaman tersebut. Selain itu, jika rumah yang kita miliki bukan diperuntukkan sebagai tempat tinggal, maka dapat dimanfaatkan untuk disewakan atau dikontrakkan agar dapat menjadi sumber penghasilan tambahan.
Dalam mendukung kaum milenial memiliki rumah, perbankan pun terus berinovasi untuk memberikan kemudahan kepada nasabah terutama dalam memenuhi kebutuhan akan hunian. Seperti Bank DKI yang terus mendukung untuk memberikan kemudahan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi milenial. Direktur Utama Bank DKI, Fidri Arnaldy mengatakan, hal ini didukung dengan transformasi Bank DKI yang memudahkan pengajuan KPR yang bisa dilakukan secara digital.
Menurutnya, perbankan harus memberikan layanan digital kepada nasabah untuk mengikuti perkembangan zaman yang telah didominasi oleh kaum milenial. “Kaidahnya disini semua perbankan pada saat sekarang harus semuanya digital karena kita untuk mengcover semua perkembangan zaman dan juga banyaknya kaum milenial yang menguasai dan termasuk juga di posisi di struktur KPR kami 70% nya milenial,” ujar Fidri dalam Literacy Series bertema ‘Milenial Punya Rumah? Ya Bisa” yang digelar Infobank, Selasa, 27 Juni 2023.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, bahwa Bank DKI sudah mempersiapkan melalui sinergi sesuai regulasi dari regulator dalam menawarkan produk dan layanan digital, seperti Kredit Multi Guna (KMG), KPR, dan KUR & Mikro. Bank DKI juga terus memperbaiki dari sisi teknologi. Dimana Bank DKI memiliki aplikasi JakOne Smart, yang layanannya akan menggunakan e-Form Digital. Sehingga, dalam pengajuan untuk lending atau kredit ataupun KPR semuanya bisa dilakukan secara digital.
“Kita didasarkan pengalaman dan pasar, kemudahan mengambil (KPR) lewat digital, kita bisa lihat transaksinya serta aplikasinya, kalau cocok ambil. Jangka waktunya (KPR) 25 tahun, kita sudah mengakomodir semua. Jadi bank pasti menciptakan produk yang diizinkan regulasi pasti dioptimalkan pasti mudah semua,” ucapnya.
Selaras, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) juga terus memudahkan para milenial untuk memiliki rumah. Namun demikian, memang masih terdapat beberapa alasan bagi milenial yang belum memiliki rumah, diantaranya adalah milenial belum menemukan rumah yang tepat dari sisi lokasi ataupun tipe rumah, kemudian milenial secara finansial, belum mampu membayar DP ataupun KPR.
Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF, Heliantopo pun menjelaskan bahwa, SMF telah menyediakan produk pembiayaan bagi milenial dengan konsep Pembiayaan Perumahan Rent to Own (RTO). “Skema sewa beli ini kelebihannya adalah nanti masyarakat itu menyewa dulu rumah tersebut, jadi kalau mereka berminat atau berkenan nanti mereka bisa konversi untuk membeli,” paparnya.
Terdapat dua jenis pilihan pembiayaan skema RTO tersebut, yang pertama adalah melalui pembelian langsung dengan KPR atau terus menyewa hingga periode tertentu dan selanjutnya rumah tersebut akan dihibahkan. “Ini salah satu produk yang bisa ditawarkan kepada milenial dan ini tentunya SMF sebagai perusahaan pembiayaan sekunder perumahan yang tidak dapat langsung ke masyarakat SMF siap mendukung pendanaan dari lembaga keuangan untuk menjalankan program ini,” imbuhnya.
Meski begitu, Heliantopo menyatakan, program tersebut masih dalam tahap piloting yang harapannya dapat disambut baik oleh lembaga keuangan. Sehingga, SMF dapat membantu masyarakat yang belum bankable terutama segmen non fixed income yang selama ini belum terlayani dengan baik dan untuk masyarakat yang susah menyediakan uang muka. “Secara produk harusnya menjadi produk yang bisa membantu segmen non fixed income yang notabene lebih besar dari fixed income mudah mudahan ini bisa diminati,” katanya.
Adapun, SMF juga memiliki program Efek Beragun Aset (EBA) Retail yang merupakan produk dari proses sekuritiasi. Sesuai namanya, ini merupakan efek yang memiliki agunan atau underlying dan diperdagangkan kepada investor ritel. “Karakteristik EBA Retail tersebut diantaranya memiliki bunga per tahun di atas deposito yaitu 6,5-7,7%, aman karena mendapat rating AAA oleh Pefindo, investasi cukup dimulai dengan Rp100 ribu,” ujarnya.
Memiliki Rumah Sejak Dini
Minimnya tingkat inklusi keuangan, masih menjadi persoalan bagi kaum milenial dalam memiliki hunian. Perencanaan keuangan yang tidak baik, cenderung menjebak para milenial untuk hidup konsumtif. Menurut Deputi Komisioner Bidang Pengerahan Dana BP Tapera, Eko Ariantoro, saat ini tingkat literasi keuangan milenial cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan secara nasional.
“Tingkat literasi keuangan milenial 53,19% dan literasi keuangan nasional 49,68%. Artinya secara nasional milenial lebih paham keuangan, akan tetapi dibandingkan inklusi keuangannya masih jauh tertinggal,” ucap Eko.
Ia menyampaikan, ada berbagai alasan kaum milenial belum memikirkan untuk memiliki rumah sejak dini. Hal ini menyangkut dengan berbagai karakter milenial itu sendiri. Antara lain, kaum milenial tidak memiliki dana darurat dan juga lebih banyak berperilaku konsumtif. Data menunjukkan, sebanyak 60% milenial baru memiliki rekening di perbankan. “Artinya, ada sebanyak 40% milenial yang belum mempunyai rekening tabungan di bank. Bagaimana mungkin milenial yang belum memiliki rekening untuk bisa memiliki rumah,” katanya.
Untuk itu, pihaknya memberikan berbagai tips pengelolaan keuangan bagi milenial. Antara lain, menabung sebelum dibelanjakan, bijak dalam berhutang, prioritaskan antara kebutuhan dan keinginan dan persiapkan dana darurat. “Pasalnya memiliiki rumah bagi milenial tidak mudah dah perlu diperjuangkan. Bagaimana memperjuangkan itu maka pemerintah menghadirkan BP Bapera,” tukas Eko.
Hadirnya BP Tapera di Indonesia yang menganut azas gotong royong, dapat membantu mewujudkan kepemilikan rumah pertama, renovasi, dan pembangunan rumah dilahan sendiri. Tapera juga menjadi solusi untuk penyediaan dana murah jangka panjang dan berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan yang layak huni. Jadi, kaum milenial tidak perlu khawatir lagi, karena semua keresahan tersebut sudah ada solusinya.
Saat ini kesadaran generasi milenial untuk memiliki rumah tinggal terus bertumbuh. Pertumbuhannya, dibarengi dengan sejumlah alternatif pembayaran. KPR program milenial misalnya, cara ini jadi ‘angin segar’ bagi mereka agar tetap punya kesempatan untuk mendapatkan hunian. SEVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri, Josephus K. Triprakoso mengakui, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2021 – 2023) nasabah KPR Mandiri dari kalangan kaum milenial dan gen z terus tumbuh. Akumulasi pertumbuhannya telah mencapai lebih dari 65%.
“Periode 2021 -2023 terlihat ada trend shifting. Milenial terus mengalami peningkatan, gen z juga mulai naik pertumbuhannya, dari 4,5% (2021) naik menjadi 9,42% (2022). Baby boomer trennya turun. Jadi memang udah ada shifting,” ungkap Josephus.
Dia melanjutkan, trend shifting tersebut tercermin dari realisasi booking Mandiri KPR sepanjang 2022. Di mana lebih dari 70% booking Mandiri KPR adalah kaum milenial. Terutama kaum gen z yang menunjukkan tren pertumbuhan booking KPR dari tahun ke tahun. “Berdasarkan data booking Mandiri KPR tiga tahun terakhir (2021 hingga Mei 2023) mulai ada trend shifting ke gen Z. Yang baru 6,6% pada 2021 mulai tumbuh ke 13,4% di Mei 2023. Pertumbuhan inilah yang menjadi jadi kue terbesar bagi kita (Mandiri),” jelasnya.
Oleh karenanya, lanjutnya, Mandiri coba menghadirkan program KPR yang disesuaikan kaum milenial. Seperti tenor kredit hingga 25 tahun, suku bunga fixed hingga 10 tahun, Debt Burden Ratio (DBR) sampai dengan 70%, hingga DP rendah. “Khusus untuk suku bunga, ini isu menjadi penting. Suku bunga ini kita buat berjenjang, karena di tahun pertama hingga kedua, beda dengan tahun ketiga dan keempat. Karena ada peningkatan income. Apalagi 70% dari booking KPR Mandiri adalah fix income,” tambah dia. (*)