Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap lebih stabil daripada mata uang negara lain. Meskipun, rupiah terdepresiasi secara point-to-point sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan Agustus 2023.
Perry mengatakan, peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah hingga 20 September 2023 secara point-to-point melemah sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023.
Baca juga: Selamat! Rupiah Tahun Emisi 2022 jadi Mata Uang Terbaik di Dunia
“Secara year-to-date, nilai tukar rupiah menguat 1,22 persen dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya seperti Rupee India, Peso Filipina, dan Baht Thailand,” kata Perry dalam konferensi pers RDG, Kamis 21 September 2023.
Dia merinci, Rupee melemah sebesar 0,42 persen, Peso melemah 1,92 persen, dan Baht melemah 4,03 persen.
Ke depan, BI memproyeksi stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Baca juga: Bos BI Optimis Rupiah Bisa Perkasa Hingga Segini
“BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023, dan melanjutkan penerbitan SRBI,” imbuh Perry. (*)
Editor: Galih Pratama