Jakarta – Standard Chartered Bank Indonesia (Standard Chartered Bank) menggelar program Volunteering (relawan) di bawah naungan program “Seeing ls Believing” (SiB), dimana jajaran direksi Standard Chartered Bank Indonesia terjun langsung untuk memeriksa dan memberikan akses kesehatan mata bagi 20 anak disabilitas dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta.
Diluncurkan pertama kali secara global pada tahun 2003, kegiatan SiB merupakan program keberlanjutan di bidang kesehatan untuk membantu menurunkan angka kebutaan yang dapat dicegah. Kegiatan ini menjadi salah satu program unggulan Sustainability bagi Bank, dimana di Indonesia hingga kini telah menjangkau sedikitnya 2.300 anak dari sekolah berkebutuhan khusus telah menerima layanan pemeriksaan (screening) den 1.302 anak telah menerima layanan penanganan penglihatan mata yang berkurang (low vision service).
“Gangguan penglihatan dapat mengurangi kualitas hidup seseorang dan keterbatasan tersebut berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Memasuki tahun penyelenggaraan program Seeing is Believing ke-15, kami berbagi momen kebahagiaan ini dengan terjun langsung memeriksa kesehatan mata bagi adik-adik di YPAC Jakarta sekaligus memberikan akses penanganannya bagi yang membutuhkan,“ kata Rino Donosepoetro, CEO Standard Chartered Bank Indonesia di Jakarta, Kamis 13 September 2018.
Dr Satyaprabha Kotha selaku Regional Advisor Eye Health, Helen Keller International, mengatakan‚ data WHO memperkirakan bahwa terdapat 285 juta orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010, termasuk kebutaan dan berkurangnya kemampuan penglihatan dimana hampir 19 juta adalah anak-anak berusia 0-14 tahun.
“Penyebab paling umum dari gangguan meta yang dapat dicegah adalah Uncorrected Refractive Errors (URE) dengan porsi cukup besar yaitu 42%. Melihat fakta ini, kami berbahagia dapat menjadi bagian dari upaya Standard Chartered yang memiliki perhatian khusus terhadap penurunan angka kebutaan yang dapat dicegah melalui program SiB,” kata Satya.
Dilatar belakangi dengan fakta bahwa isu gangguan penglihatan tinggi terjadi pada usia anak, Agoes Abdoel Rakhman, S.Pd selaku Direktur Pelaksana YPAC Jakarta, mengatakan‚ anak-anak disabilitas rentan mengalami gangguan penglihatan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan tersebut baik faktor eksternal pada masa pertumbuhan maupun oleh sebab-sebab internal bahkan sejak proses perkembangan janin dalam kandungan.
“Kami menyambut baik inisiatif Standard Chartered dengan kegiatan pemeriksaan mata dan pemberian akses kesehatan yang dilakukan hari ini. Harapan kami program ini dapat terus berjalan dan menjangkau kaum disabilitas yang lebih luas,” kata Agoes.
Proyek SiB diimplementasi Bank dengan dena dikeluarkan sebesar USD 5juta untuk tahun 2015-2020. Bank bekerjasama dengan International Agency for the Prevention of Blindness (lAPB), dimana proyek dijalankan oleh NGO lnternasional seperti: Helen Keller International (HKI) Indonesia, Fred Hollows, CBM dan Orbis. Selain itu, program ini juga dibantu oleh PERDAMI dan LSM lokal lainnya. Penyelenggaraan kegiatan relawan hari ini termasuk dalam rangkaian dukungan Bank terhadap Hari Penglihatan Sedunia 2018 yang diperingati di Oktober mendatang.(*)