Jakarta – Persaingan di industri keuangan saat ini tengah berubah dari konvensional ke digital. Hal ini seiring dengan terus berkembangnya teknologi yang harus segera direspon. Oleh sebab itu, perbankan melakukan transformasi digital. Jika tidak, bank akan ditinggalkan nasabah.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, di Jakarta, Selasa, 10 April 2018. Menurutnya, perbankan harus bisa berinovasi khususnya produk yang berkaitan dengan digital.
“Perbankan harus berinovasi, bagaimana seluruh rakyat Indonesia saat ini mempunyai gadget semua. Kita sedang bergeser dalam situasi yang cepat berubah. Jika kita selalu mengandalkan konvensional kita akan ditinggal nasabah,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, saat ini perbankan bukan hanya sebagai tempat menyimpan uang saja, melainkan bank juga harus berinovasi guna memudahkan nasabah untuk bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih, pemerintah juga terus mendorong gerakan non tunai.
Baca juga: Hadapi Era Digital, BI Dukung Integrasi Keuangan di Kawasan ASEAN
“Saat ini sudah berubah dan bergeser, tidak lagi orang berbicara, bahwa perbankan hanya sebagai tempat penyimpanan uang saja. Karena yang dilakukan secara konvensional sekarang sudah mengalami perubahan yang drastis,” paparnya.
Selain itu, tambah dia, industri keuangan juga harus berkolaborasi dengan Financial Technology atau Fintech. Belakangan, fintech terus mengalami pertumbuhan yang pesat. Kondisi tersebut, pasalnya, pembiayaan melalui fintech lebih cepat dan efisien ketimbang bank.
“Maka perbankan harus berinovasi. Kita akan bergeser dalam situasi yang cepat berubah, adanya fintech, perbankan konvensional di AS mulai turun setiap tahunnya 5 persen. Jika selalu mengandalkan konvensional kita akan ditinggalkan oleh nasabah,” tegasnya.
Sejauh ini, lanjut dia, yang menjadi tantangan industri perbankan untuk bertransformasi ke digital adalah dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM). Menurutnya, dengan SDM yang berkompeten dan memiliki ide untuk diterapkan di suatu perbankan, maka bank akan mampu bersaing.
“Inovasi menjadi snagat penting, anak Indonesia harus berinovasi. Sekarang daya saing kita masih rendah. Kita kalah dengan Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand. Hal ini karena masalah pendidikan kurang tinggi dan pelatihan yang sangat rendah,” tutupnya. (*)