Moneter dan Fiskal

Menkeu: Risiko Ini Harus Diwaspadai di Tahun Depan

Jakarta – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengungkapkan beberapa risiko yang harus diwaspadai untuk menghadapi tahun 2023 yang penuh ketidakpastian dalam mempetahankan dan menumbuhkan perekonomian nasional.

Risiko tersebut, pertama yaitu dari sisi ekspor. Menurutnya, ekpor adalah sumber dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di tahun depan pertumbuhannya tidak akan tinggi.

“Kemarin kita mendapatkan pertumbuhan ekspor yang bisa di atas 20% bahkan bisa di atas 30%, itu akan kembali normal karena basisline-nya juga sudah tinggi. Tapi tahun depan mungkin tidak akan bertahan karena environment globalnya mulai mengerosi faktor-faktor dari negara tujuan ekspor,” ungkap Sri Mulyani dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu, 12 Desember 2022.

Namun, hal tersebut tidak membuat Indonesia menyerah. India saat ini mulai dibidik untuk menjadi tujuan ekpor baru bagi Indonesia, karena India mulai membuka diri setelah melakukan reformasi kebijakan.

“Ekspor ke Timur Tengah juga bertumbuh. Karena harga minyak sebagai komoditas unggulan mereka sedang tinggi, mereka perlu diperhitungkan menjadi negara tujuan ekspor,” jelas Sri Mulyani.

Kedua, investasi. Menurutnya, Indonesia harus menjaga pertumbuhan investasinya di angka 6% – 7%. Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan bahwa aset-aset negara banyak yang tidak produktif sehingga tidak ada capital inflow. Sehingga, Menkeu menegaskan agar adanya perbaikan dari kebijakan investasi.

“Artinya aset dan capital inflow menjadi hal yang tidak hanya menjadi angka statistik, sehingga investasi kita tidak akan tergantung hanya kepada PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang akan kita tetap jaga, namun juga karena suku bunga cenderung meningkat secara global tentu akan memengaruhi appetite dan risiko investasi,” katanya.

Kemudian, dari sisi konsumsi rumah tangga, hal ini perlu dijaga supaya daya beli masyarakat tetap tinggi sehingga perekonomian tetap tumbuh. Pemerintah juga telah memberikan subsidi kompensasi sebesar di atas Rp500 triliun pada tahun ini dan tahun depan rencananya bantuan sosial mencapai Rp470 triliun.

“Itu untuk menjaga daya beli masyarakat dan memberikan jaring pengaman sosial, terutama kepada kelompok yang vulnerable,” imbuhnya. (*)

Irawati

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

2 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

4 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

6 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

7 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

7 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

10 hours ago