Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 15 September 2025. (Tangkapan layar YouTube @SekretariatPresiden: Julian)
Jakarta – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun ke bank-bank pelat merah (Himbara) akan mulai berdampak terhadap permintaan dan pertumbuhan kredit dalam empat bulan ke depan.
“Kalau kita lihat sih delay dari injeksi uang itu ke sistem kalau di Amerika katanya 14 bulan. Kalau di sini biasanya 4 bulan sudah kelihatan, paling lambat ya,” kata Purbaya saat ditemui wartawan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa, 16 September 2025.
Purbaya menambahkan, pada 2021 pemerintah pernah melakukan hal serupa dengan menyuntikkan dana ke sistem keuangan. Kala itu, dampaknya sudah terlihat hanya dalam satu bulan melalui kenaikan kredit.
“Jadi saya pikir nggak terlalu lama lagi kita akan lihat ekonomi yang lebih bergairah,” ujarnya.
Baca juga: Purbaya Jamin Paket Stimulus Ekonomi Rp16,23 Triliun Tak Bikin Defisit APBN Melebar
Dalam hal ini, Purbaya tidak membatasi perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor tertentu. Menurutnya, perbankan memiliki strategi tersendiri dalam menyalurkan dananya ke tempat yang memiliki return atau keuntungan tinggi.
“Nggak ada (guidance penyaluran kredit). Pada dasarnya saya suruh mereka berpikir sendiri. Mereka kan orang-orang pintar. Cuma selama ini malas karena bisa naruh di tempat yang aman, nggak ngapain-ngapain, dapat spread cukup, untung yang gede,” kata Purbaya.
“Sekarang dengan uang itu mereka berpikir. Dan harusnya market base ya. Mereka akan mencari proyek-proyek yang memberikan return paling tinggi dan yang paling aman dulu. Mereka akan mencari yang lain. Tapi pada proyek yang top sekali kan pasti jumlahnya terbatas. Itu akan menimbulkan kompetensi di antara bank-bank tadi,” tambahnya.
Baca juga: Bos OJK Buka Suara soal Suntikan Dana Pemerintah Rp200 Triliun ke Himbara
Bendahara negara ini menilai, dengan persaingan antarbank tersebut, maka akan menekan suku bunga kredit. Sehingga permintaan kredit diharapkan akan pulih kembali.
“Jadi saya inject di titik-titik tertentu, dia akan nyebar ke sistem dengan cepat. Ini akan menimbulkan ya, sama bank-bank yang tadinya susah dapat duit sekarang dapat duit banyak, pasti dia akan menyalurkan lagi. Jadi ini multiplier dari injeksi uang dari kita ke sistem perekonomian,” tandasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More