Jakarta–Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai daya tahan ekonomi Indonesia relatif masih stabil, kendati ketidakpastian perekonomian global masih tinggi. Optimisme ini terutama bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
“Bisa dilihat itu pertumbuhan ekonomi dalam 10 tahun terakhir rata-rata 5,6 persen. Kita hanya di bawah China dan India,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 8 Februari 2017.
Di tengah kondisi perekonomian global yang masih menghantui Indonesia, sejumlah indikator perekonomian nasional masih bergerak optimal. Seperti dari tingkat konsumsi masyarakat yang diklaim masih terjaga, dan realisasi investasi yang menunjukan perbaikan.
Selain itu, perkembangan Indeks Harga Konsumen atau inflasi tahun lalu yang tercatat sebesar 3,02 persen, merupakan capaian terbaik dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia termasuk masih lebih baik.
Lebih lanjut, Sri Mulyani memandang, meskipun Indonesia terkena imbas dari jatuhnya harga komoditas, namun pada kenyatannya, pemerintah berhasil mengeluarkan Indonesia dari ketidakpastian perekonomian global.
“Cukup mengesankan kalau dilihat, bahwa pertumbuhan Indonesia bisa bertahan meskipun pertumbuhan eskpornya negatif. Ini mencerminkan daya tahan Indonesia,” paparnya.
Sebagai salah satu cara untuk mengundang investor menanamkan modalnya di dalam negeri, kata dia, pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin dalam menjaga perekonomian. Sehingga, hal itu bisa mendongkrak perekonomian.
“Indonesia adalah tempat untuk berusaha, tujuan berinvestasi, potensi returnya juga prospektif,” tutup Sri Mulyani. (*)
Editor: Paulus Yoga