Moneter dan Fiskal

Menkeu: Ada Ruang Tumbuh 6,5 Persen, tapi Perbaiki Sistem Ekonomi

PARA pelaku ekonomi di sektor swasta menaruh harapan ke Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan (Menkeu) yang menggantikan Sri Mulyani September lalu. Sama-sama berlatar belakang ekonom, tapi Purbaya telah lima tahun memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Mazhab keduanya berbeda. SMI yang berasal dari kampus lebih pro stabilitas dengan menghemat fiskal. Purbaya yang berasal dari pasar lebih pro growth serta mendorong kredit untuk menggerakan sektor riil dan menciptakan permintaan pasar. Menurut seorang bankir senior, pergantian menkeu tersebut lebih disebabkan oleh dua hal.

Satu, SMI tidak berhasil meningkatkan pendapatan negara untuk kebutuhan fiskal sehingga kekuarangannya dia tutup dengan pinjaman selama 15 tahun dia menjabat sebagai menkeu. Akibatnya, 15 persen dari biaya anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah membayar bunga.

Baca juga: Menkeu Purbaya Siap Lunasi Tunggakan Kompensasi Rp55 Triliun ke BUMN

Dua, SMI duduk di kursi menkeu pemerintahan Prabowo karena koneksi politik dan bukan karena kesuksesan menangani kelembagaan pemerintah.

“Dia tidak bisa menangani transformasi yang dibutuhkan di kelembagaan penerimaan negara seperti direktorat jenderal pajak dan bea cukai serta lainya. Jadi seperti panglima militer tapi belum pernah pegang pleton, batalyon atau divisi,” ujarnya sumber tersebut kepada Infobank September lalu.

Dalam komunikasi maupun kebijakannya, Purbaya tampak tedeng aling-aling dan tidak punya kepentingan politik atau jabatan. Dengan tegas dia mengatakan, lambatnya pergerakan ekonomi yang terjadi belakang ini dipengaruhi oleh dua otoritas yaitu Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) mengeringkan likuiditas di sistem financial. Akibatnya, ekonomi melambat, pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana, ekonomi masyarakat tertekan, dan akhirnya meletus aksi demonstrasi pada akhir Agustus 2025.

Baca juga: Menkeu Purbaya Pastikan Subsidi dan Kompensasi akan Dibayar Oktober 2025

Menurut Purbaya, ekonomi Indonesia bisa jatuh jika tidak segera diperbaiki sistemnya. “Ini jebakan ekonomi tinggal nunggu jatuhnya, kalau tidak cepat-cepat diperbaiki. Kalau diperbaiki pertumbuhan ekonomi bisa-lah 6 persen atau 6,5 persen, apalagi kalau kita perbaiki engine-engine yang lain,” ujarnya seperti dikutip Majalah Infobank Nomor 570 Oktober 2025.

Apa yang harus diperbaiki dari dalam sistem perekonomian Indonesia dan bagaimana bank-bank pelat merah mengucurkan kredit dari guyuran Rp200 triliun dana pemerintahan dari rekening Bank Indonesia?

Selengkapnya, baca wawancara khusus Purbaya Yudhi Sadewa dengan Karnoto Mohamad dari Infobank dalam Kajian Infobank Financial and Banking Outlook 2026, di Majalah Infobank Nomor 570 Oktober 2025. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

14 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

15 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

16 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

17 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

1 day ago