Menjaga Stabilitas Bernegara Jelang Tahun Politik

Menjaga Stabilitas Bernegara Jelang Tahun Politik

Jakarta – Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo, Surokim Abdussalam mengatakan, sudah semestinya semangat untuk menjaga stabilitas bernegara menjadi roh jelang tahun politik. 

“Di atas kepentingan kontestasi politik, semangat untuk menjaga stabilitas dan kondusifitas harus menjadi roh dan semangat utama dari kegiatan para politisi,” ujar Surokim dikutip 20 Februari 2023.

Adapun sejumlah partai saling berkunjung, melakukan silaturahmi, misalnya Partai Nasdem, PKB yang bertandang ke Golkar. Para Ketum parpol tersebut mengungkapkan harapan mereka untuk menjaga situasi tetap terkendali menjelang tahun politik.

“Politik kebangsaan dan keindonesiaan harus menjadi penyemangat, sehingga silaturahmi politik harus terus digalakkan agar bisa memperkuat semangat kebersamaan,” kata Surokim. 

Ia menegaskan bahwa polarisasi masih menjadi ancaman, apalagi di zaman demokrasi digital saat ini.

“Perkembangan demokrasi digital dan keswadayaan netizen membuat politik bisa menjadi kian bebas, liar, tak terkendali dan jika ini dihubungkan dengan tantangan ke depan maka diperlukan politik jalan tengah, yang bisa menguatkan semangat kebangsaan dan semangat persatuan sebagai bangsa,” tegasnya.

Tahun politik kali ini menjadi lebih menantang karena ada potensi resesi ekonomi negara-negara besar dunia, yang mungkin berimbas ke dalam Indonesia. “Sejauh ini potensi untuk politik sekadar berbeda selalu lebih menge-depan, sementara tantangan ke depan terkait potensi resesi ekonomi dunia cukup mengkhawatirkan,” tandas Surokim.

Sebelumnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menegaskan semangat partainya untuk mengedepankan politik yang santun dan damai. Hal ini untuk menjaga kestabilan politik dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

“Bagi kita di Golkar, hal ini diimplementasikan dengan politik yang santun, politik yang damai, politik yang di tengah. Tidak di kiri, tidak di kanan. Kita berada di tengah. Kita perjuangkan NKRI, kita perjuangkan kesejahteraan rakyat,” kata Airlangga. 

Sementara itu, Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Firman Manan menilai  pesan ‘politik yang beretika’ yang disampaikan Ketum Golkar Airlangga bisa dimaknai secara eksternal dan internal.

Secara eksternal, pesan itu bisa diartikan ditujukan untuk seluruh warga bangsa, dari para pemilih hingga para elite politik.

“Karena ini tahun politik maka konteksnya memang terkait dengan persiapan menjelang Pemilu 2024, terutama Pilpres 2024,” terang Firman.

Menurutnya, hal itu berkaitan dengan pengalaman di dua pemilu sebelumnya yakni 2014 dan 2019 yang sarat isu politik identitas, SARA, dan sampai terjadi pembelahan ekstrem di tingkat akar rumput.

“Jadi saya pikir, satu, membaca konteksnya Pak Airlangga ya tentu bicara etika politik dalam kontestasi menjelang Pemilu 2024,” tambahnya. (*)

Related Posts

News Update

Top News