Meningkatkan Sinergi Untuk Memudahkan Sistem Pembayaran di Masa Pandemi

Meningkatkan Sinergi Untuk Memudahkan Sistem Pembayaran di Masa Pandemi

Jakarta – Digitalisasi sistem pembayaran akan tumbuh semakin pesat di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Pasalnya, di era digitalisasi, masyarakat semakin membutuhkan transaksi yang lebih cepat dan aman. Apalagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta setiap negara untuk meminimalisir penggunaan uang tunai dengan memperluas transaksi non-tunai.

Bank Indonesia sebagai regulator di sistem pembayaran, terus melakukan sinergi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat/daerah, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), otoritas terkait, hingga masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan sistem pembayaran nasional di masa pandemi ini.

Kolaborasi segitiga (triangle collaboration) yang semakin kuat antara BI, Pemerintah, dan Industri baik di tingkat pusat maupun daerah akan semakin mengakselerasi transformasi digital Indonesia. 

Untuk itu, Bank Indonesia bersama PJSP berkomitmen untuk terus mendorong perluasan penggunaan QR Code Indonesian Standard (QRIS) dengan target 12 juta merchant di 2021. Angka ini meningkat dua kali lipat bila dibandingkan dengan total merchant yang sudah menerapkan QRIS di 2020 yang sekitar 6,5 juta merchant di 34 provinsi, 480 kabupaten/kota.

Adapun nilai transaksi dari 6,5 juta merchant yang sudah menggunakan QRIS pada 2020 tercatat sebesar Rp1,1 triliun. Sementara, volume transaksinya mencapai 15 juta kali atau naik hampir 50% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, jika BI mengincar 12 juta merchant di tahun ini, maka total transaksi QRIS bisa mencapai Rp2,2 triliun.

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Fitria Irmi Triswati mengatakan, penerapan QRIS ini sejalan dengan adanya transformasi digital yang saat ini terus berkembang. Penggunaan QRIS juga mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan meminimalisir penggunaan uang tunai di masa pandemi.

“Tahun lalu, volume transaksi QRIS 15 juta transaksi dengan pertumbuhannya yang hampir 50%. Dari sisi nominal tumbuh 8% jadi Rp1,1 triliun. Pengembangan nasional QRIS terus ditingkatkan agar bisa mencapai 12 juta merchant pada 2021 ini,” ujar Fitria dalam diskusi bersama Bank Indonesia secara virtual, di Jakarta, Jumat, 26 Maret 2021.

Berdasarkan data PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN) per 19 Maret 2021, total merchant yang terdaftar sebagai pengguna QRIS mencapai 6,55 juta. Dari angka tersebut, sebanyak 85% merupakan  UMKM, dengan rincian usaha menengah 614 ribu, usaha kecil 1,5 juta, usaha mikro 4 juta, usaha besar sebanyak 324 ribu, donasi/sosial 15 ribu.

Asal tahu saja, dalam pelaksanaan QRIS ini, Bank Indonesia juga telah bekerjasama dengan 57 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), baik bank maupun non-bank (Mandiri, BNI, BRI, BCA, BSI, CIMB, BPD, Gopay, Ovo, Dana, Linkaja, Shopee, dll).

Melihat laju akseptasi penggunaan QRIS yang terus meningkat, BI bersama ASPI dan PJSP bersinergi mengembangkan QRIS Tanpa Tatap Muka (QRIS TTM). Masyarakat cukup meminta gambar QRIS dari merchant dan menyimpannya di galeri gawai. Jika ingin bertransaksi, pengguna cukup membuka aplikasi pembayaran, memilih menu unggah dari galeri pada gawai, pilih gambar QRIS merchant, masukkan nominal dan pastikan nama pedagang telah sesuai, masukkan PIN, dan bayar.

QRIS juga telah diterapkan sebagai salah satu metode pembayaran di berbagai sektor, sehingga mendorong efisiensi perekonomian. Manfaat yang diperoleh tidak terbatas untuk transaksi perdagangan ritel di berbagai komunitas baik di pasar tradisional maupun modern dan universitas, namun QRIS juga digunakan untuk e-ticketing pariwisata, pendidikan, pesantren, transaportasi, parkir, e-retribusi Pemda, donasi sosial dan keagamaan.

Implementasi QRIS yang telah diterapkan di berbagai sektor untuk transaksi pembayaran telah memberikan manfaat guna mendorong efisiensi perekonomian, mempercepat keuangan inklusif, dan meningkatkan daya saing industri, termasuk memajukan UMKM. Ke depan, dukungan seluruh pihak termasuk masyarakat akan semakin mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Bank Indonesia terus mengembangkan QRIS guna meningkatkan kenyamanan masyarakat. Salah satunya QRIS dengan metode Customer Presented Mode (CPM). Saat ini, jenis pembayaran QRIS baru bisa menggunakan metode Merchant Presented Mode (MPM) yakni dengan memindai kode QR milik merchant baik statis maupun dinamis, sesuai apa yang dihasilkan mesin EDC (Electronic Data Captured). Lalu ada juga pengembangan QRIS Ecosystem yang terdiri dari QRIS kuliner dan QRIS tagihan.

Beberapa pengembangan QRIS lainnya yakni QRIS Cross Border yang memungkinkan pembayaran secara lintas negara. Pasalnya, saat ini telah dilakukan pembahasan teknis dengan Thailand dan Malaysia. Kemudian, QRIS TTS atau transfer, tarik, setor yang memungkinkan pengguna bisa melakukan aktivitas tersebut di merchant QRIS yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat di kota dan desa yang kesulitan dalam melakukan top-up saldo dan pengisian tabungan.

Dalam menyambut transformasi digital, lanjut Fitria, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan Blueprint Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Dengan adanya Blueprint ini, Bank Indonesia berkeinginan untuk membawa 91,3 juta penduduk unbanked menjadi bankable dan 62,9 juta UMKM ke dalam ekonomi dan keuangan formal secara sustainable melalui pemanfaatan digitalisasi.

“Kita harus mengambil peluang di era digital ini, sekaligus kita juga perlu memitigasi risikonya. Inilah yang harus diseimbangkan, antara peluang kita bisa mendapatkan efisiensi, inklusivitas dan produktivitas dengan sistemic crashed, persaingan usaha, shadow banking, dan lainnya,” tegasnya. (*)

Related Posts

News Update

Top News