Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat penggunaan Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dengan Jepang terus mengalami peningkatan. BI membukukan RRB Volume Yen Jepang (JPY) hingga Juni 2021 mencapai US$101,8 Juta, meroket jika dibandingkan dengan tahun 2020 ketika pertama kali diluncurkan sebesar US$9,8 juta.
Adapun, penggunaan LCS di negara mitra lain masih terpantau stabil dan tetap meningkat sejak diluncurkan. RRB Volume untuk Ringgit Malaysia (MYR) mencapai US$47,3 Juta di periode yang sama. Sementara, RRB Volume untuk Baht Thailand (THB) mencapai US$13,3 Juta.
“Memang untuk Malaysia dan Thailand relatif stabil (penggunaan LCS) sejak pertama kali diberlakukan. Tetapi kita lihat, untuk Jepang langsung meningkat pesat sejak awal diperkenalkan hingga posisi Agustus masih ada peningkatan. Ini yang kami harapkan ke depannya,” jelas Destry Damayanti Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada Jumat, 17 September 2021.
Peningkatan penggunaan LCS antar negara menjadi kabar baik bagi perdagangan internasional. Destry mengungkapkan, saat ini ekspor impor Indonesia sangat bergantung pada mata uang US$. Hal ini membuat nilai tukar Rupiah menjadi volatil dan sensitif terhadap sentimen Dollar Amerika.
Ia membeberkan, penggunaan US$ sebagai valuta setelmen ekspor sejak 2015 hingga 2020 mencapai 94%. Sementara, penggunaan US$ untuk valuta setelmen impor mencapai 87% pada periode yang sama.
Untuk mengurangi dominasi ini, BI berupaya untuk bekerja sama dengan negara-negara mitra untuk menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan atau Local Currency Settlement (LCS). Sehingga, mata uang valas selain beragam dan mengurangi ketergantungan pada US$. (*)
Editor: Rezkiana Np