Jakarta – Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN pada Selasa (7/6) membahas beberapa isu menarik. Dua isu merger dan akuisisi perbankan dipertanyakan Komisi VI kepada Erick Thohir, Menteri BUMN RI.
Pertama, terkait rencana akuisisi Unit Usaha Syariah milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (Bank BTN) oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI). Kedua, terkait rencana merger Bank BTN dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (Bank BNI).
Di tengah kondisi ekonomi yang masih merangkak menuju normal dan masih tingginya angka pengangguran akibat dampak pandemi, yang menarik adalah menyimak bagaimana nasib para karyawan nantinya.
“Pak Erick, saya lupa juga masalah akusisi BTN dan BNI. Sampai sekarang tidak ada kabarnya, tapi di dalam tubuh BTN sendiri sudah gaduh ini, saya mau di kemanakan? Bagaimana semua teman-teman pekerja?” tanya Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan dalam rapat tersebut.
Hingga akhir rapat, pertanyaan tersebut tidak dijawab oleh Menteri BUMN.
Namun, di bawah kepemimpinan adik dari Boy Thohir tersebut, tiga anak usaha bank BUMN telah dimerger. Erick, selaku Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), telah memuluskan merger antara Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi entitas baru yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI)
Lalu bagaimana nasib para karyawan di bank baru tersebut?
Mari kita mulai dari struktur top manajemen atau dewan direksi. Laporan keuangan BSI tahun 2021 menunjukkan mayoritas pimpinan di bank dengan kode saham BRIS tersebut didominasi lulusan Bank Syariah Mandiri (BSM).
Di tingkat dewan direksi misalnya. Dari 10 direksi BSI, sebanyak 6 direksinya merupakan mantan direksi di BSM. Sementara, dari BNI Syariah ada 2 direksi. Kemudian, BRI Syariah juga ada 2 direksi.
Dengan adanya perombakan susunan direksi hasil RUPST BRIS pada 27 Mei 2022, komposisinya berubah tipis. Namun, top manajemen masih didominasi lulusan BSM yakni sebanyak 5 Direksi di antaranya Direktur Utama Hery Gunardi, Direktur Teknologi Informasi Achmad Syafii, Direktur Keuangan & Strategi Ade Cahyo Nugroho, Direktur Penjualan & Distribusi Anton Sukarna, dan Direktur Manajemen Risiko Tiwul Widyastuti.
Kemudian, 2 direksi lain berasal dari BNI yakni Wakil Direktur Utama Bob Tyasika Ananta dan Direktur Kepatuhan & SDM Tribuana Tunggadewi.
Lalu, 1 direksi dari BRI Syariah yakni Direktur Retail Banking Ngatari dan 1 direksi dari BRI Danareksa Sekuritas yakni Direktur Treasury & International Banking Moh Adib.
Sejalan dengan komposisi pada dewan direksi, di jajaran pejabat SEVP dan pejabat eksekutif BSI juga didominasi dari BSM. Pada laporan tahunan BSI 2021 menunjukkan dari 4 pejabat SEVP, sebanyak 2 orang berasal dari BSM dan 2 dari BNI Syariah.
Di tingkat pejabat eksekutif, dari 67 pejabat, lebih dari 30 orang merupakan mantan pegawai BSM. Sementara sisanya merupakan mantan pegawai dari BNI Syariah dan BRI Syariah.
Lalu bagaimana terkait karyawan lainnya? Pada bulan Oktober 2020, Direktur Utama BRI Syariah Ngatari mengatakan tidak akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap semua karyawan.
Namun, menilik laporan keuangan BSI tahun 2021 justru ada yang menarik. Dalam laporan tersebut tertulis sebanyak 604 orang tidak lagi bekerja di BSI per 2021. Penyebabnya beragam. Sebanyak 60 orang pensiun alami dan 35 orang meninggal dunia. Angka tertinggi yakni sebanyak 509 orang tercatat mengundurkan diri. (*)